Rabu, 14 Januari 2015

Peran Astrologi Dalam Pemilu di Negara Sri Langka

Mantan presiden dan sebagian besar politisi di Sri Lanka sangat

bergantung pada astrologi, yang memberikan rasa aman pada posisi

mereka.

Di Sri Lanka, tidak hanya presiden yang sangat berkuasa, Mahinda

Rajapaksa, yang terpuruk ketika tanpa diduga kalah dalam pemilihan

umum pekan lalu.

Ahli nujum kepercayaannya, yang dengan sangat yakin meramalkan

kemenangan mutlak baginya, diam-diam mundur dari sorotan publik di

negara tempat kepercayaan pada astrologi masih tinggi.

Ketika mantan Presiden Rajapaksa mengadakan pemilu dua tahun lebih

awal dari jadwal, hal tersebut tidak hanya berdasarkan kalkulasi

politik. Ia juga diberi restu oleh peramal kepercayaannya selama 30

tahun, Sumandasa Abeygunawardena. Menyebut Rajapaksa "pria

berkepribadian tak terkalahkan dan penuh berkah," ia meramalkan

kemenangan besar dalam pemilu tersebut.

Beberapa hari sebelum pemilihan suara 8 Januari, Abeygunawardena

bersikukuh bahwa tanggal pemilu "sangat beruntung bagi Tuan

Rajapaksa." Dan pada hari pemilu, para ahli nujum dengan yakin

meramalkan di televisi milik pemerintah bahwa tidak akan ada yang

dapat menghalangi kemenangan Rajapaksa.

Rajapaksa sangat percaya astrologi. Meski sebagian besar politisi di

negara itu juga memiliki kepercayaan yang sama, banyak pengamat

mengatakan mantan presiden itu sangat bergantung pada astrologi.

"Hal itu menjadi perbincangan terbuka dan diskusi publik. Ternyata

peramal mengatakan itu periode yang baik baginya dan ia diminta tidak

menunda (pemilu), tanggalnya ditentukan oleh ramalan beberapa

astrologi, waktu penyerahan dokumen pencalonan, semuanya ditentukan

peramal," ujar Harini Amarasuriya, yang mengajar di fakultas ilmu

sosial di Universitas Terbuka Sri Lanka.

Namun semua perhitungan, baik perhitungan nujum dan politik,

berantakan ketika Maithripala Sirisena membelot dari partai Rajapaksa,

dan melaju pada kemenangan setelah bergabung dengan pihak oposisi.

Pembalikan peristiwa terjadi di luar dugaan. Ketika Rajapaksa

mengumumkan pemilu, tidak ada oposisi yang kredibel untuk melawan

pemimpin kuat Sri Lanka itu.

Sekarang, kekalahan Rajapaksa yang mengejutkan telah membuat "ahli

nujum kerajaan" di ujung tanduk. Abeygunawardena telah menyerahkan

mobil dinasnya dan mundur dari kepemimpinan bank pemerintah, diantara

hak-hak istimewa yang diberikan padanya. Kredibilitasnya terhantam

keras.

Peramal tersebut mengatakan pada kantor berita AFP bahwa ia tahu

Rajapaksa akan kalah namun tidak sampai hati memberitahunya. Dengan

membela diri, ia mengatakan bahkan peramal Perancis yang legendaris,

Nostradamus, pernah meleset ramalannya.

Jutaan orang di Asia Selatan percaya bahwa pergerakan planet memiliki

pengaruh besar terhadap kehidupan mereka. Tanggal-tanggal pernikahan

dan acara-acara besar ditentukan berdasarkan perhitungan horoskop.

Namun, kesalahan astrologis tingkat tinggi terkait pemilu Sri Lanka

telah memicu debat kekuatan bintang.

"Ini negara yang memiliki banyak keyakinan semacam itu dalam basis

hari per hari. Namun kali ini, karena terjadi di tingkat tinggi, maka

banyak menerima kritik dan saya kira itu beralasan. Tidak dapat

terjadi di abad 21 sesuatu yang sangat serius sangat bergantung pada

astrologi," ujar Sasanka Perera, ahli antropologi Sri Lanka dan kepala

fakultas ilmu sosial di South Asian University di New Delhi.

Harini Amarasuriya mengatakan politisi-politisi di Sri Lanka tampaknya

terlalu percaya dengan astrologi dibandingkan masyarakat pada umumnya.

"Banyak yang merasa tidak aman mengenai posisi mereka. Pada saat

berada di posisi semacam itu, yang sangat terisolsi, orang jadi

percaya pada praktik-praktik mistis untuk memberikan rasa aman," ujar

Amarasuriya.



Sumber : VOA Indonesia