Rabu, 07 Desember 2005

Beroganisasi di Makumpala Untan

Lambang Organisasi Makumpala Untan

Mahasiswa Hukum Pecinta Alam Universitas Tanjungpura atau yang disingkat MAKUMPALA UNTAN merupakan organisasi intrakurikuler di Kampus Fakultas Hukum UNTAN tempat pertama kali saya bergabung dalam sebuah organisasi mahasiswa secara internal.

Pada saat Ospek (Penerimaan Mahasiswa Baru) tahun 2001, kami mahasiswa baru dikenalkan dengan organisasi mahasiswa yang dapat dipilih untuk digeluti. Saya dari awal memang tertarik untuk mengikuti organisasi ini. Dorongan yang utama saya memilih organisasi ini adalah hobi untuk Traveling atau jalan-jalan, Selain itu motivasi yang lainnya juga ingin mendalami organisasi dikampus. 

Beberapa bulan setelah ospek, tepatnya bulan desember tahun 2001, barulah organisasi ini membuka pintu pendaftaran. Tak perlu menunggu lama, Saya langsung mendaftar. Dan waktu Pendidikan Dasar (DIKSAR) & Praktek Lapangan Terpadu (PLT) bertepatan dengan Jadwal Studi Bakti Sosial (SBS) angkatan 2001. Sempat bingung juga, disatu sisi saya merupakan Ketua Angkatan 2001 dan di Sisi Lain saya telah mendaftar untuk mengikuti Pendidikan Dasar. Akhirnya saya putuskan untuk memilih mengikuti Pendidikan Dasar Makumpala Untan ini.

Pendidikan Dasar Makumpala Untan dilaksanakan pada bulan Februari 2002, tepat setelah mahasiswa menjalani Ujian Akhir Semester 1. Pendidikan Dasar tersebut memakan waktu 2 Minggu (belum termasuk pendidikan dasar kelas). Pada saat itu peserta DIKSAR sebanyak 8 orang (termasuk saya sendiri). Dan kesemuanya adalah Angkatan 2001. Mereka adalah Bung Hendra, Bung Darman, Bung Yestri Pobas, Rosahubung, Sugiarti (kelak merupakan Ketua Dewan Pimpinan Makumpala Untan), Nelindrawati dan Leni Hermananingsih. Komposisinya 4 Cowok dan 4 Cewek.

Pendidikan Dasar Makumpala Untan diselenggarakan pada dua lokasi. Lokasi Pertama merupakan lokasi disekitar basecamp di kampus dan lokasi kedua merupakan lokasi lapangan dari Sungai Raya sampai ke Puncak Gunung Bawang Kabupaten Bengkayang.

saat praktek Refling di Tebing Bunge Kecamatan Sungai Raya

Banyak materi pendidikan dasar yang kami peroleh, kepemimpinan, keorganisasian, kekompakan dan lain-lain. Instruktur Diksar merupakan anggota-anggota senior di MKP-U. Mereka diantaranya adalah Bang Imam, Bang Suhen, Bang Anto, Bang Hendro, Bang Kiki, dan banyak lagi. (Tentang senior-senior ini akan saya bahas di artikel yang lain).

Setelah menempuh pendidikan dasar, barulah kami para anggota diberikan slayer orange dan nomor anggota. Dan yang tak kalah penting adalah nama hutan. Pendidikan Dasar ini menjadi pintu awal beraktivitas di kampus merah universitas tanjungpura.

Next, saya akan ulas aktivitas di Makumpala Untan pada artikel akan datang.

Muhammad Fajrin
aka. ular sawa kadut

Jumat, 23 September 2005

Tugu Khatulistiwa


Tugu Khatulistiwa Pontianak di bangun pada tahun 1928 oleh tim Exspedisi Geograpi Internasional yang di pimpin oleh seorang ahli Geograpi berkebangsaan Belanda, yang dilakukan secara Astronomi, artinya bahwa Pengukuran yang mereka Lakukan tanpa mempergunakan alat yang canggih seperti satelit atau GPS, mereka hanya berpatokan pada Garis yang tidak Smooth (garis yang tidak rata / bergelombang) serta berpatokan benda-benda alam seperti, rasi bintang (Ilmu Falaq).
                Tugu Khatulistiwa yang asli terbuat dari kayu Belian (kayu Besi, atau kayu ulin) terdiri dari empat tonggak yang mana 2 buah tonggak bagian depan dengan tinggi 3,05 Meter dari permukaan tanah, dan 2 buah tonggak bagian belakang dengan tinggi 4,40 meter dari permukaan tanah. Keterangan symbol berupa anak panah menunjukan arah utara – selatan (lintang 0`derajat). Keterangan symbol berupa flat lingkaran yang bertuliskan EVENAAR yang artinya Khatulistiwa (bahasa Belanda) menunjukan belahan garis khatulistiwa atau batas utara dan selatan. Sedangkan plat dibawah arah panah ditulis 109°20’0”0LvGR artinya garis khatulistiwa di Kota Pontianak bertepatan dengan 109° garis bujur timur 20 menit 00 detik GMT.
                Tugu khatulistiwa mempunyai beberapa tahap penyempurnaan yang dimulai dari tahun 1928 yaitu tahun 1930 yang disempurnakan adalah tonggak, lingkaran beserta tanda panah. Tahun 1938 disempurnakan lagi oleh arsitek Silaban adalah Lingkaran. Pada tahun 1990-1991 dibangun Duplikat/replika Tugu Khatulistiwa serta bangunan pelindung yang di bangun secara permanent berbentuk Kubah dan di resmikan pada tanggal 21 September 1991 Oleh Gubenur Kalimantan Barat Parjoko Suryo Kusomo.
                Garis khatulistiwa membentang melingkari tengah-tengah dan membelah bumi menjadi 2 (dua) belahan yang sama yaitu Belahan Utara dan Belahan Selatan. Garis  khatulistiwa  melewati  beberapa  kota di Provinsi Kalimantan Barat, yakni :  Sekadau, Nanga Dedai  dan  beberapa provinsi di Indonesia, di antaranya: 1. Provinsi  Sumatra Barat. 2. Provinsi  Riau. 3. Provinsi  Kalimantan Tengah. 4. Provinsi  Kalimantan Timur. 5. Provinsi  Sulawesi Tengah. 6.Provinsi Maluku  7. Provinsi  Irian Jaya. Selain itu juga  garis  khatulistiwa  tersebut melintasi  5  (lima) Negara di Benua Afrika, yakni : Gabon, Zaire, Uganda, Kenya dan Somalia. Di Amerika  latin, Garis Khatulistiwa melintasi 4 (empat) Negara, yakni : Equator, Peru, Colombia dan Brazil.
                Dalam kenyataannya Bumi selain berputar pada sumbunya (Rotasi) ,juga Berevolusi mengelilingi Matahari dengan periode satu tahun  (365,seperempat hari). Dengan adanya Rotasi tersebut, maka terjadi siang dan malam, dan dengan adanya revolusi bumi, maka timbul perubahan musim. Dalam 1 (satu) tahun, matahari melintasi garis Khatulistiwa sebanyak 2 (dua) kali, yakni : antara tanggal 21-23  Maret yang bergerak ke arah Utara dan antara 21-23 September bergerak kearah selatan. Kulminasi merupakan suatu kejadian, dimana matahari tepat berada di Garis Khatulistiwa.
                Pada siang hari terjadi kulminasi atas, yaitu bila pusat matahari benar-benar berada di Garis Khatulistiwa. Sedangkan kulminasi bawah terjadi bila pusat matahari berada di Garis Bujur di balik belahan bumi utara dan selatan. Bagi kita yang berada di Garis Khatulistiwa, matahari akan tampak di atas kepala, kulminasi atas, terjadi sekitar tanggal 21-23 Maret dan tanggal 21-23 September. Titik balik selatan terjadi sekitar tanggal 21 Desember dan titik balik utara terjadi sekitar tanggal 21 Juni. Titik perpotongan antara pusat matahari dengan Garis Khastulistiwa pada tanggal 21-23 Maret yang di sebut Vermal Equinox atau (awal Musim Semi). Untuk perpotongan yang terjadi pada tanggal 21-23 September di sebut Autum Equinox  (awal Musim Gugur).  
Ciri Khas Khatulistiwa  :   
                1.             Curah hujan yang tinggi
                2.             Suhu dan Temperatur  Tinggi
                3.             Sinar matahari menyinari terus menerus sepanjang masa. (melimpah).
                Kemudian tahun 2005 pada bulan Maret, posisi Tugu Khatulistiwa di Koreksi kembali oleh tim dari BPPT yang berkerja sama dengan Pemerintah Kota Pontianak Secara satelit, ternyata terdapat perbedaan ±117 m dari posisi yang asli kearah selatan Khatulistiwa. Perbedaan itu terjadi karna factor akurasi alat dan cara yang di gunakan pada waktu dulu dan sekarang. Menurut ahli Geologi, Bumi itu mengalami pergeseran secara alami sebanyak ± 1 mm, apalagi kalau terjadi gempa akan semakin besar pergeserannnya. Jadi perbedaan antara Pengukuran Astronomi (Ilmu Falaq)  dan Satelit tidaklah perlu kita perdebatkan, kita harus menghargai perbedaan dan jerih payah orang-orang terdahulu sebelum pengukuran secara satelit di temukan. Yang harus kita lakukan sekarang adalah memelihara dan melestarikan asset yang sangat berharga ini agar tidak hilang di makan jaman serta demi untuk generasi yang akan datang.