Rabu, 31 Desember 2014

1 Januari 2007 : Bencana Adam Air

Tengah hari di awal tahun baru 2007 pukul 12.55 WIB, pesawatAdamAir

574 yang dipiloti oleh Kapten Refri Agustian Widodo dan kopilot Yoga

Susanto mengudara. Namun mereka yang terbang dari Bandara Juanda (SUB)

Surabaya, Indonesia pada 1 Januari 2007 tak pernah tiba di Bandara Sam

Ratulangi (MDC). Meski burung besi pembawa 4 pramugari: Verawati

Chatarina, Dina Oktarina, Nining Iriyani dan Ratih Sekar Sari,

dijadwalkanlandingdi Manado pukul 16.14 WITA.

Pesawat yang ditumpangi 96 orang dengan 6 awak itu dilaporkan putus

kontak dengan Pengatur lalu-lintas udara (ATC) Bandara Hasanuddin

Makasar, setelah terakhir terhubung pada 14.53 WITA. Pada saat hilang

kontak, posisi burung besi itu berada pada jarak 85 mil arah barat

laut Kota Makassar, pada ketinggian 35.000 kaki.

Kecelakaan itu menjadi salah satu tragedi transportasi terbesar yang

pernah terjadi di Indonesia.

Sehari setelahnya, tersiar kabar ditemukannya pesawat jenis Boeing

737-4Q8 buatan tahun 1989 bernomor registrasi PK-KKW -- AdamAir 547.

Namun, ternyata setelah ditelusuri timSearch and Rescue(SAR), tak ada

bangkai burung besi tersebut.

Menteri Perhubungan Hatta Rajasa juga menegaskan berita penemuan

pesawat Adam Air tidak benar. "Data itu sama sekali tidak betul," kata

Menteri Perhubungan saat itu Hatta Rajasa, 3 Januari 2007

Pada 27 Agustus 2007, berdasarkan penemuan kotak hitam di perairan

Majene, Sulawesi Barat pesawat diduga jatuh di lokasi tersebut.

Berdasarkan rekaman kotak hitam yang ditemukan di perairan Majene,

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyimpulkan, Adam Air

jatuh ke laut menabrak permukaan air laut lalu terbelah dua.

Kecelakaan itu disebabkan oleh cuaca buruk dan kerusakan alat

navigasi.

Pada 25 Maret 2008, KNKT mengumumkan hasil penyelidikan mereka.

Awalnya, alat navigasi pesawat atau Internal Reference System (IRS)

rusak.

Menurut KNKT, kedua pilot terkonsentrasi memperbaiki kerusakan dan

lupa memerhatikan instrumen yang lain. Mereka tidak menyadari pesawat

miring dan turun mendekati laut. Mereka baru sadar dua menit sebelum

pesawat pecah menabrak laut. Namun hal itu sudah terlambat, mereka tak

sempat lagi mengendalikan pesawat.

Agustus 2008, beredar rekaman pembicaraan yang konon pembicaraan

terakhir di kokpit Adam Air KI-574. Jika rekaman itu asli, rekomendasi

KNKT yang menyimpulkan kecelakan akibat kesalahan manusia (human

error) dianggap tidak mendasar dan keliru.

Dari rekaman tersebut, selain karena IRS-nya tidak berfungsi, terdapat

faktor-faktor lain yang menjadi penyebab kecelakaan yang menewaskan

102 penumpang pesawat Boeing 737-400 tersebut. Jadi, bukanhuman error.

Akhirnya, tepat pada 18 Juni 2008, karier AdamAir, maskapai murah yang

pernah menjadi terbaik di Indonesia, berakhir. Bukan karena kasus

kecelakaan tersebut, namun urusan bisnis. Pemerintah mencabut AOC

maskapai tersebut, sekaligus larang terbang secara permanen.

Sejak itu tidak ada lagi AdamAir di Indonesia.

Tutupnya AdamAir masih menyisakan misteri atas kecelakaan fatal yang

hingga kini tak ada satu pun korban pun ditemukan. Korban dan pesawat

hilang di lautan Sulawesi. Korban dan pesawat hilang di lautan

Sulawesi. (liputanenam)