Senin, 07 Desember 2015

Tip Memilih Calon Kepala Daerah

"...... bukan untuk MENANG atau KALAH,
MEMILIH adalah sebuah keberanian
menentukan MASA DEPAN kita"


Pemilihan Kepala Daerah tahun 2015 tinggal 1 hari lagi, besok tanggal 9 Desember 2015 akan menjadi Peristiwa Bersejarah pertama dalam Pesta Demokrasi di Indonesia yang bernama PILKADA

Pilkada Serentak 9 Desember 2015 akan diikuti oleh 9 Provinsi dan 260 Kabupaten Kota seluruh Indonesia. (Sumber)

Pilkada Serentak 2015 merupakan tahun pertama dari Program Pemilihan Kepala Daerah Serentak yang akan kita lalui selama +/- 10 tahun yang akan datang.

Menurut salah seorang teman (Beliau salah satu komisioner  KPU Kabupaten di Salah Satu daerah di Kalbar). Pilkada Serentak akan diselenggarakan secara bertahap.
  1. Tahap Pertama akan diselenggarakan tanggal 9 Desember 2015
  2. Tahap Kedua akan diselenggarakan Pada Bulan Februari 2017
  3. Tahap Ketiga akan diselenggarakan Pada Bulan Juni 2018
  4. Tahap Keempat akan diselenggarakan Pada Tahun 2022
  5. Tahap Kelima akan diselenggarakan Pada Tahun 2024
  6. Tahap Terakhir akan diselenggarakan serentak seluruh Indonesia pada Tahun 2027 (Serentak Nasional)
Dan pada tahun-tahun yang akan datang, Pilkada Serentak akan kita lalui bersama. Ceileee....

Dalam kaitan dengan Pilkada Serentak 2015, tentunya kita juga diberikan pilihan untuk memilih salah satu Calon yang akan menjadi Pemimpin di Daerah Tempat Kita Tinggal. Oleh karena itu dalam menggunakan hak pilih nanti hendaknya masyarakat pemilih mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
  1. Apakah calon pemimpin mempunyai sifat-sifat sebagaimana tersirat dalam pidato pelantikan Abu Bakar Ash Shiddiq yang meliputi: rendah hati (santun dan merakyat), terbuka (transparan/ siap diluruskan apabila melakukan kesalahan), amanah (jujur dan mampu melaksanakan tugas), adil (memperlakukan sama untuk semua golongan dan tingkatan dalam masyarakat), teguh dalam perjuangan (konsisten dan tidak mudah terpengaruh dengan situasi dan kondisi yang akan mengacaukan tujuan), demokratis (mau menghargai pendapat dan menyalurkan aspirasi yang benar) dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Apakah jalan yang ditempuh hingga menjadi seorang calon pemimpin telah melalui proses pencalonan oleh parpol maupun independen karena ia dipandang layak oleh parpol atau masyarakat (melalui fit and proper test dengan benar) atau melalui proses politik transaksional (dikenal dengan money politic atau membeli kursi parpol). Jika jalan yang ditempuh melalui politik transaksional, maka meski ia didukung oleh banyak parpol dengan banyak kursi atau masyarakat yang tidak paham dengan pengumpulan KTP Massal, maka lebih besar kemungkinannya ia akan tidak bisa berlaku amanah dalam  menjalankan kepemimpinannya nanti.
  3. Perhatikan tingkah laku dan perbuatan (rekam jejak) calon pemimpin itu sebelumnya. Apakah betul ia telah berbuat banyak untuk masyarakat secara adil dan merata? Jika ia berbuat banyak, apakah ia benar-benar telah berbuat didorong oleh kepeduliannya ataukah karena ia punya maksud untuk pencitraan diri agar ia bisa terpilih pada kompetisi pemilihan berikutnya? Menjadi masyarakat pemilih hendaknya jangan mudah terlupakan dan terbuai atas keburukan calon pemimpin di masa lalu, hanya gara-gara diberi suatu pemberian atau dijanjikan sesuatu.
  4. Apakah calon pemimpin itu menggunakan kekuasaannya untuk memilih dirinya dengan janji jabatan atau menakut-nakuti bawahannya dengan ancaman?
  5. Apakah ia membagi-bagikan uang atau sesuatu kepada pemilih dengan janji akan memilihnya? Jika itu dilakukan, hendaknya uang atau sesuatu itu dengan tegas ditolak, karena hal itu terlarang menurut pandangan agama dan negara. Namun jika tidak kuasa menolak (karena perasaan dirinya miskin), ikuti apa kata sang motivator Mario Teguh “Ambil uangnya dan jangan pilih orangnya”.
Setelah Memperhatikan kelima tips diatas, ada baiknya kita juga memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
  1. Asal Usul :  Jangan memilih calon pemimpin kita yang kita tidak mengenal asal usulnya. Ini wajib diketahui, karena memilih calon pasangan hidup pun kita harus mengenal asal-usulnya, apalagi memilih orang yang akan memimpin kita. Karena hanya dengan cara mengenal seseorang itulah maka akan menimbulkan cinta kasih sehingga bisa menciptakan kehidupan yang harmonis. Orang yang bisa bergaul dengan baik jika dia mengenali asal usulnya apalagi ada kesamaan dengan wilayah yang dia pimpin. Bagaimana seseorang yang tak mengenal wayang akan larut menonton wayang semalam suntuk. Atau seorang yang tak mengenal tari Kecak akan kagum dengan tariannya. Seseorang yang tak pernah datang ke gereja akan ikut masuk gereja, seseorang yang tak pernah shalat akan menjadi imam shalat. Lah, orang yang beribadah saja masih sering berbuat salah, apalagi yang tidak beribadah. Calon incumbent lebih mudah dikenali, karena sudah memimpin pada periode sebelumnya. Oleh karena itu pasangan incumbent paling rentan terhadap sorotan yang buruk. Penyebabnya tak lain adalah, hasil kerjanya selama memimpin di periode sebelumnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakatnya. Sedikit saja kekurangberhasilannya diekspos maka akan mengembanglah kelemahan-kelemahan seorang incumbent. Oleh sebab itu, sebaiknya kita mencari titik keberhasilan seorang incumbent, karena pasti setiap pemimpin, siapapun dia, ada keberhasilannya dan ada ketidakberhasilannya, sama saja seperti ada yang suka dan ada yang tidak suka. Itulah Pemimpin yang sebenarnya, kalau semua orang suka atau semua orang tidak suka, itu bukanlah seorang pemimpin. Sedangkan yang agak susah dicari titik lemahnya adalah calon penantang, apalagi kalau dia munculnya tiba-tiba saja, tanpa pernah menjabat sebelumnya, atau pernah menjabat pada skala yang lebih kecil, tentu saja mudah sekali untuk menciptakan image yang bagus. Oleh sebab itu sebagai pemilih kita tidak boleh langsung menerima begitu saja. Informasi dapat digali dari orang-orang yang merasakan langsung saat dipimpinnya, bila perlu lakukan kunjungan ke lembaga atau wilayah yang pernah dia pimpin, di sana akan tergali dengan sendirinya dari para mantan bawahan atau hasil pengamatan kita. Selain itu berita-berita di internet dapat dijadikan acuan. Pilihlah website dari si calon itu sendiri, baru hubungkan dengan berita-berita lainnya yang ditulis oleh orang lain, biasanya ada titik temunya. 
  2. Visi dan Misi : Visi dan Misi seorang yang akan memimpin kita harus jelas. Kejelasannya dapat dilihat dari data pribadi yang dibuat saat mereka mendaftarkan diri di KPU. Jangan mudah terpengaruh dengan visi dan misi yang ada di selebaran, karena visi dan misi yang sering disebarkan di sembarang tempat banyak yang bohong atau mungkin issue yang ditiupkan oleh lawan-lawan politik atau mungkin issue yang ingin diangkat oleh pasangan itu sendiri demi mengangkat popularitasnya. Selain itu perlu juga difahami visi dan misi dari partai yang mendukungnya, karena jika visi dan misi mereka justru bertentangan akan sulitlah bagi sang pimpinan untuk menjalankan programnya. Karena biar bagaimana berkuasanya rakyat tetap saja keputusan menjalankan programnya ditangan partai yang mendukungnya, tentu saja yang sudah duduk jadi Anggota DPR.
  3. Jangan Terpengaruh Dengan Money Politik :  Di zaman sekarang ini banyak orang yang ingin jadi pimpinan rela mengeluarkan biaya besar untuk mendulang suara. Padahal banyak pula ujung-ujungnya di penjara. Heh- Berbagai cara mereka lakukan. Salah satu yang paling populer adalah money politik. Jika sebelumnya kita sudah menentukan pilihan terhadap satu calon dan ternyata dalam perkembangannya calon ini menggunakan money politik, jangan serta merta menilainya negatif, lihat rekam jejak sebelum ada Pilkada, apakah dia memang sudah rajin memberi atau pada saat jelang Pilkada saja. Jika memang iya, artinya sang calon hanya meneruskan program dia sebelumnya. Ini artinya masih dapat dipertimbangkan untuk dipilih. 
  4. Dicalonkan atau Mencalonkan : Dalam agama Islam adalah hadits Rasullullah SAW yang artinya : “Jangan memberikan jabatan kepada orang yang meminta”. Nah, dalam iklim perpolitikan di Indonesia, sepertinya tidak berlaku. Bukankan mengikuti Pemilu adalah suatu permintaan? Oleh sebab itu kita dapat meluaskan lagi maknanya. Lihat sang calon tersebut, diminta oleh partainya atau dia yang mencalonkan diri ke partai tersebut. Tapi apapun itu bentuknya, tetap sama saja, yaitu mencalonkan diri untuk menempati jabatan tertentu. Oleh sebab itu pilihlah orang yang ahli di bidangnya. Karena kata Rasullullah SAW, kalau menempatkan orang yang bukan ahli di bidangnya, maka tunggu saja kehancurannya.
Demikianlah tips dari saya, kurang lebihnya mohon maaf, dan bagi yang tidak berkenan sekiranya dapat memilih dengan hati nurani. Dan Usahakan Jangan Terpengaruh dengan MONEY POLITIK.

Sumber
Sumber Tulisan :

  1. http://bupatibudiyono.blogspot.co.id/p/blog-page_8871.html
  2. http://www.kompasiana.com/fadly_kawilarang/tip-and-trik-memilih-calon-pemimpin_5516e9858133116e52bc6e67