Kamis, 13 Maret 2014

Runtuhnya Kapal Kami

tiba-tiba saja teringat lagu westlife judulnya I Have a dream...

Saya punya sebuah mimpi, mimpi untuk melewati badai, menerjang samudera atau bahkan melintasi seluruh jagat raya, namun seperti kata Christopher Columbus, "kau takkan pernah menghadapi badai di samudera jika kakimu masih enggan juga untuk meninggalkan bibir pantai"

Untuk berlayar meninggalkan dermaga tak cukup hanya dengan kapal yang besar saja, tapi kekompakan sesama awak dan keyakinan terhadap kapten kapal juga menjadi salah satu modal dasar bahwa perjalanan dapat mencapai tujuan jika dilakukan bersama-sama.

Ini juga yg menjadi salah satu #kegalauan hari ini... bingung, gelisah, dan entah apalagi namanya.. yang jelas rasa ini tak datang begitu saja...

Harapan yg semulanya ingin kucapai tiba2 saja sirna ditelan gelombang pasang yang begitu ganas, aku tergumam ketika kapal yang akan kugunakan untuk berlayar runtuh begitu saja... aku tak mungkin menyalahkan angin atau gelombang pasang itu. namun apakah aku harus seharian meratap puing-puing kapal atau sebaliknya, membangun kembali kapal tersebut walaupun resiko akan tenggelam dipelayaran nantinya akan menjadi besar jika aku tak begitu hati2 dalam mengemudikannya..

aku begitu mencintai kapal ini,.. kapal yang kubangun dari keyakinan ku tentang sebuah pelayaran yang panjang, pelayaran yang tak akan membawaku kembali ke dermaga yang sama... Kapal ini tidak kubangun dengan waktu yang singkat, kapal ini juga tidak kubeli, Kapal ini bisa kokoh dengan pondasi keyakinan dan cinta. Namun hari ini tiba-tiba saja dalam sekejap mata, kapal ini ambruk, hancur berkeping-keping. bahkan lantainya pun tak dapat kugunakan untuk dinding rumahku. Kapal ini hancur sebelum bertolak dari dermaga..

Aku juga bingung tentang runtuhnya kapal ini, apakah aku yang mengikatnya terlalu kuat ke dermaga sehingga ketika dihantam gelombang pasang lalu tak punya sisi elastis yg membuatnya bergoyang mengikuti alur gelombang? atau takdir kapal ini memang tak sampai berlayar??? Bingung... bingung.. aku pun bingung.

Di tas selempang ku masih tersimpan kalender usang tentang jadwal keberangkatan kapal ini.. seharusnya beberapa bulan yg lalu kapal ini sudah bertolak dari dermaga, disaat angin dan badai mungkin tak separah musim ini.. namun izin dari syahbandar tak kunjung turun sebelum aku harus menyelesaikan beberapa persoalan didarat...

Tapi aku tak boleh menyerah, kapal ini akan kubangun kembali, dengan sisa-sisa keyakinan yg masih kumiliki, dan aku akan segera meninggalkan dermaga ini.. Hari ini, esok atau beberapa tahun lagi, atau jika perlu aku akan bertolak dari dermaga ini dengan kapal penumpang yg lain dan tetap akan membangun kapalku sendiri, bukan untukmu, tapi untukku.

Fajrin Muhammad, dibawah matahari yg tak unjuk gigi diawal musim panas ini.