Kamis, 21 Desember 2006

BUAT SEEKOR BERUANG DI KAMPUS MERAH

Saat aku masuk ke kampus merah tahun 2001, ada yang membuat aku terpana dengan kehidupan perkuliahan disana yang penuh dengan dinamika dan gairah-gairah sexualitas intelektual, tak lama setelah menjadi mahasiswa baru, aku beranikan diri untuk bergabung ke dalam suatu organisasi kepecintaalaman di kampus ku. Ini lah awal dari semua kehidupan berorganisasiku di bangku kuliah.
Sejak masuk kedalam organisasi, aku banyak sekali menemukan karakter-karakter intelektual yang berbeda-beda. Ada yang idealisme nasionalis, ada yang primordialis modern, dan ada juga kaum penggembira sebuah gerakan. Macam-macam sekali kehidupan di kampus ini. Bahkan ada juga sekelompok mahasiswa yang bergaya tak ubahnya seperti selebriti kampungan. 

Tapi yang menarik bagiku adalah aktivis-aktivis yang keberadaannya di kampus merah ini sangat idealisme sekali, mereka juga turut menjadi saksi dalam perubahan nasib bangsa ini di tahun 1998. dan mereka juga menjadi motor penggerak reformasi di bulan Mei tahun itu.

Aku beruntung bisa kenal dengan sosok Beruang (nama hutan yang diberikan kepada anggota muda di organisasiku), beliau dalam kacamata sosialku sangat dekat sekali dengan perubahan pemikiran yang aku alami di awal-awal studiku. Beruang ini masuk ke kampus merah pada tahun 1995, tahun dimana Indonesia sedang merayakan Kemerdekaannya yang ke 50 tahun. 

Melalui pendekatan secara personal aku mencoba menyelami pemikiran beliau dalam kehidupan berorganisasi (secara tidak langsung aku mencuri ilmu beliau). Banyak hal dan cerita-cerita menarik yang dapat aku terima sebagai bahan renunganku. Tak jarang beliau menasehatiku dengan cara-cara tak lazim. Cerita pendakian gunung yang tak habis-habisnya, pengalaman-pengalaman menjadi instruktur di Pendidikan Dasar, serta perjuangan beliau di tahun 1998 yang berbuah cedera pada organ tubuh beliau. Tapi itu tak menyurutkan semangat beruang ini untuk terus menyusuri sungai-sungai kalimantan, gunung-gunung borneo, pantai-pantai yang ladai di belahan  barat provinsi ini serta tebing-tebing yang cadas untuk di terus di jelajah dan di eksplorasi. Ada satu kemiripan antara aku dan dia, kami sama-sama mempunyai mimpi untuk mencapai Puncak Cartzen Pyramide, entah kapan itu kami bisa wujudkan bersama. 

Diskusi-diskusi yang sering kami lakukan di base camp, membuat aku semakin memahami makna sebenarnya kehidupan berorganisasi tersebut. Baik organisasi yang ada di kampus maupun di luar. Dengan melewati dinding-dinding yang tinggi sehingga aku bisa memanjat dan mencapai tujuan yang aku inginkan.

Beruang ini tak ubahnya seperti Che Guevara di negeri cerutu. Walaupun dalam ruang lingkup yang sempit, kejujuran yang beliau jalani dalam kehidupan berorganisasi di kampus telah mengilhami para pemberontak di organisasi, di fakultas dan di universitas besar di Kalimantan Barat ini. Nama besar beliau saat ini semakin redup oleh perubahan gaya hidup mahasiswa yang berorganisasi di kampusku. Semakin hari sinar yang sempat menyala pada masa-masa yang lalu telah semakin kecil, tapi semangat beliau dalam membawa perubahan dan melahirkan pemberontak-pemberontak intelektual di kampus merah ini telah dibuktikan dengan nyata.

Di saat usiaku semakin senja di bangku perkuliahan aku juga ingin mengucapkan terima kasih pada Sang Beruang. Dengan beliau aku jadi mengerti akan kecilnya peran manusia dalam kehidupan semesta raya ini. Tapi aku yakin suatu saat akan lahir beruang-beruang lain yang pemberani, berdedikasi, dan bersuara lantang tanpa membawa tendensi apapun kecuali kepentingan masyarakat umum di kampus ini. Dan tempat kelahiran tak hanya di rimba belantara yang  merah, tapi juga di hutan-hutan yang hijau, laut-laut yang biru, sungai-sungai yang jernih dan tempat-tempat lain yang bisa melahirkan tokoh-tokoh bangsa yang besar dikemudian hari.

(Tulisan ini dibuat menjelang 8 tahun jatuhnya Rezim Tirani Soeharto, dan di dedikasikan buat aktivis 1998 yang saat ini masih kuliah, sudah sarjana, dan aktivis-aktivis kampus yang masih mampu berteriak lantang dalam idealisme yang tak terkikis)

Pengirim  : M. Fajrin (Ular Sawa Kadut)
    Mahasiswa Hukum Pecinta Alam Universitas Tanjungpura
    rien_adrenalin@yahoo.com

(Tulisan Ini Pernah Di Muat di Majalah Mimbar Untan)