Salah satu komunitas motor di Jakarta mengadakan Tour ke daerah Puncak. Salah satu acara yang digelar malam itu adalah Api Unggun. Meskipun acara Api Unggun telah selesai, namun Safri masih berjongkok di dekat tumpukan kayu yang menyala. Teman-temannya sudah pergi untuk tidur, namun dengan setianya Safri tetap tidak beranjak dari tempatnya.
Pukul 07.00 pagi, saat teman-temannya mulai beres-beres hendak kembali ke Jakarta, Safri tetap tak bergeming apalagi beranjak dari tempatnya semalam. Beberapa temannya mulai resah dan mendekat.
“Mas Safri, mohon maaf .., sebentar lagi kita mau kembali ke Jakarta. Kok Mas Safri belum siap-siap?” tanya salah satu temannya.
“Oh maaf juga kalau saya telah merepotkan. Kalian duluan saja, nanti saya menyusul,” jawab Safri dengan muka terlihat pucat.
“Kita kan berangkatnya barengan Mas, alangkah baiknya kalau kita juga pulang bersama-sama,” jelas teman satunya lagi.
“Maaf, saya belum bisa pulang saat ini …. ,” sambung Safri.
“Kenapa Mas Safri, apakah ada sesuatu yang sedang dipikirkan?” tanya temannya ingin tahu.
“Atau ada hal-hal yang kami tidak boleh tahu?” tanya teman yang lain.
“Oh .., mungkin Mas Safri sedang bernostalgia dan begitu khusuk memikirkannya kali,” tambah teman yang lain lagi.
Karena ditanya bertubi-tubi oleh teman-temannya, Safripun menjawab.
“Ini merupakan prinsip buat saya!”
“Prinsip apaan Mas Safri?” kembali temannya bertanya.
“Kalian kayak nggak tahu aja, saya kan petugas Pemadam Kebakaran ..!!” jawab Safri dengan nada agak keras.
“Kita semua tahu, kalau Mas Safri petugas Pemadam Kebakaran. Lalu apa hubungannya dengan yang kami tanyakan?”
Safri mulai tampak kesal, dengan suara lantang dan bersemangat, iapun menjawab.
“Biar kalian tahu semuanya .., saya tidak akan meninggalkan api unggun ini sampai apinya mati! Karena kami sebagai petugas Pemadam Kebakaran mempunyai slogan, pantang pulang sebelum api padam …….!!!!