PEMUDA, PEMEGANG HARI KEMUDIAN
Pidato Pembukaan Kongres Pemuda Seluruh Indonesia di Bandung. 15 Februari 1960
Saudara-saudara sekalian,
Syukur alhamdulillah, pada hari ini akan dibuka dan Insya Allah dibuka Kongres Pemuda seluruh
Kongres Pemuda 1945 di Yogyakarta itu adalah satu kongres yang hebat, satu manifestasi daripada kehendak seluruh pemuda untuk tidak mau menekuk lutut terhadap kepada imperialisme dan kapitalisme, untuk tidak mau menekuk lutut terhadap kepada ancaman-ancaman yang telah gematerialiseerd daripada pihak musuh untuk membatalkan Proklamasi 17 Agustus 1945. Demikian besar hikmat yang keluar daripada Kongres 1945 itu sehingga tatkala saya mengucapkan pidato 10 November yang lalu, hati saya penuh dengan keinginan dan harapan agar supaya pemuda-pemuda Indonesia kembali berjiwa sebagaimana di dalam kongres 1945 itu, Maka oleh karena itulah lantas saya berikan komando kepada seluruh pemuda Indonesia untuk mengadakan kongres dan syukur alhamdulillah pada ini hari Saudara-saudara dari seluruh pelosok tanah air kita telah berkumpul di gedung yang bersejarah ini, untuk bersama-sama mengadakan musyawarah dan mufakat, melaksanakan Manifesto Politik.
Saudara-saudara, ada kalangan beberapa orang pesimis, beberapa orang sinikus-sinikus yang berkata: Apakah sekarang tepat waktunya untuk mengadakan Kongres Pemuda Seluruh
Jawab saya dengan tegas dan tepat ialah : Justru oleh karena kita menghadapi kesulitan-kesulitan, justru itulah waktunya untuk mengadakan Kongres Pemuda Seluruh
Jikalau kita hendak menyelesaikan revolusi, dari tadinya kita harus lebih dahulu mengetahui bahwa akan menghadapi kesulitan-kesulitan. Jikalau kita hendak menyelesaikan revolusi, mengempur habis-habisan semua kesulitan-kesulitan itu. Jikalau tiap-tiap kesulitan kita anggap sebagai suatu halangan yang mutlak, jikalau tiap-tiap kesulitan-kesulitan kita anggap sebagai suatu halangan yang harus kita pakai untuk membatalkan atau meniadakan suatu tindakan, janganlah mempunyai harapan dapat menyelesaikan revolusi.
Saya tadi telah berkata bahwa kesulitan-kesulitan itu adalah inhaerent daripada revolusi kita. Inhaerent artinya sudah masuk di dalam rangkanya revolusi kita itu. Tidakkah sepantas-pantasnya sewajarnya, selogisnya bahwa kita menghadapi kesulitan-kesulitan, apalagi di dalam tahun 1960, tahun yang saya namakan “Tahun Penemuan Kembali Revolusi Kita”, tahun yang saya namakan “The Year of The Rediscovery of Our Revolution”, lebih tegas lagi tahun retooling. Tidakkah sudah sepantasnya bahwa kita di tahun yang demikian itu, tahun retooling menghadapi kesulitan-kesulitan ? Tiap-tiap retooling membawa kesulitan, bahkan di dalam pidato saya “Manifesto Politik” saya berkata : Tiap-tiap kemajuan membawa persoalan dan persoalan pada hakikatnya membawa kesulitan.
Tahun 1960 adalah tahun retooling overall, retooling di segala bidang, baik di bidang mental maupun bidang politik maupun bidang ekonomim maupun di dalam bidang yang lain-lain.
Di dalam mental kita retool kita punya diri, membongkar apa yang salah di dalam kita punya hati dan pikiran, kita ubah. Perubahan ini tentu membawa kesulitan.
Dan sudahkah kita insyaf bahwa kita sendiri telah mengakui bahwa kita ini sudah beberapa tahun menyeleweng, menyeleweng di segala bidang, menyeleweng daripada rel revolusi ? Pada waktu saya berkata bahwa kita menyeleweng, hampir seluruh
Oleh karena kita telah mengalami penyelewengan-penyelewengan yang demikian itu, maka kita sendiri, sebagai tadi saya katakana, telah mengakui dan membenarkan bahwa penyelewengan-penyelewengan ini harus kita atasi. Ingat pidato-pidato yang saya ucapkan di tahun 1957, 1958, 1959. Ingat pidato saya pada tanggal 17 Agustus 1957, “The Year of Decision”. Apa yang tercantum dalam pidato 17 Agustus 1957 itu ? Tak lain tak bukan ialah bahwa saya disitu telah sinyalir bahwa kita ini telah meninggalkan relnya revolusi dan kehendaknya kita ini kembali kepada relnya revolusi. Ingat kepada pidato saya 17 Agustus 1958, “The Year of Challenge”.
Apa isinya pidato 17 Agustus 1958, “The Year of Challenge” itu ? Tidak lain tidak bukan juga satu sinyalemen daripada penyelewengan-penyelewengan yang harus kita atasi. Ingat kepada pidato 17 Agustus 1959, “The Year of Rediscovery of Our Revolution”, Tahun Penemuan Kembali Revolusi Kita. Apakah isinya pidato 17 Agustus 1959 itu ? Tidak lain tidak bukan malahan satu penunjukan jalan bagaimana kita mengatasi penyelewengan-penyelewengan itu, bagaimana caranya kita mengoreksi penyelewengan-penyelewengan itu. Ingat kepada pidato saya yang saya ucapkan di gedung ini, pidato yang saya namakan “Res Publica, Sekali lagi Res Publica”. Apa isi pidato itu ? Tidak lagi bukan juga sinyalemen kembali daripada penyelewengan-penyelewengan dan jalan untuk mengatasi penyelewengan-penyelewengan itu.
Dan terutama sekali pidato 17 Agustus 1959, pidato yang mengkonstatir kita telah menemukan kembali revolusi kita, pidato “The Rediscovery of Our Revolution” yang kemudian oleh khalayak ramai dinamakan Manifesto Politik, Manifesto Politik yang kemudian oleh pemerintah, oleh Dewan Pertimbangan Agung, oleh Dewan Perancang Nasional dinyatakan sebagai haluan negara, garis besar haluan negara, menjelang keputusan dari Majelis Permusyawaratan Rakyat yang terutama sekali pidato ini, sebagai tadi saya katakan, berisikan ini sarinya, bukan sekedar sinyalemen menunjukkan penyelewengan-penyelewengan itu, penyelewengan di segala bidang, penyelewengan-penyelewengan di bidang mental, penyelewengan-penyelewengan di bidang ekonomi, penyelewengan-penyelewengan yang telah gematerialiseerd menjadi pemberontakan-pemberontakan, penyelewengan-penyelewengan lain, tetapi menunjuk dengan tegas dengan nyata, jalan untuk mengatasi penyelewengan-penyelewengan itu dan jalan untuk kembali kepada rel revolusi, revolusi yang kita proklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Apa inti sari daripada Manifesto Politik itu ? Manifesto Politik yang oleh kongres ini, menurut laporan-laporan yang saya dapat, telah diambil menjadi satu hal yang Kongres Pemuda ini akan musyawarahkan pelaksanaannya. Kongres Pemuda ialah untuk melaksanakan Manifesto Politik.
Apa inti sari daripada Manifesto Politik itu ?
Inilah inti sari daripada Manifesto Politik.
Nah, ini
Saudara-saudara, maka saya berikan Manifesto Politik kepada bangsa
Manakala kita mengadakan retooling di segala bidang, maka salah satu amanat saya kepada pemuda-pemuda di Indonesia ialah supaya pemuda-pemuda pun mengadakan retooling, retooling di dalam badan dan tubuh pemuda-pemuda
Retooling mental, bagi pemuda-pemuda apa artinya itu ? Saya minta dan memang demikianlah harapan saya kepada seluruh pemuda Indonesia, agar supaya seluruh pemuda-pemuda Indonesia percaya, berpikir, berperasaan, jikalau saya boleh memakai perkataan perkataan yang selalu saya pakai, yakin, ilmul yakin, ainul yakin, hakul yakin, bahwa satu-satunya jalan untuk menyehatkan kita punya negara, kita punya masyarakat, ialah lima hal ini tadi: Undang-undang Dasar 1945, sosialisme ala Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, kembali kepada kebudayaan, kepribadian kita sendiri.
Manakala hal itu belum menjadi keyakinan Saudara-saudara, retool-lah Saudara-saudara punya mental di dalam kongres ini dan selanjutnya agar supaya betul-betul yakin, ainul yakin, hakul yakin kataku, bahwa ini jalan satu-satunya untuk menyehatkan kita punya negara, masyarakat dan bangsa.
Saya sendiri yakin, ya saya adalah seorang manusia, tetapi sebagai saya katakana di dalam pidato Isra’ dan Mi’raj tempo hari itu, saya alhamdulillah dengan mengucap syukur di hadapan Tuhan Ilahi, saya mempunyai pegangan hidup, saya mempunyai pegangan hidup, saya mempunyai keyakinan. Kecuali keyakinan agama. Saya mempunyai keyakinan kemasyarakatan, saya mempunyai keyakinan politik dan keyakinan saya ini ialah bahwa kesadaran
Saya sekarang bertanya kepada pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi
Nah, inilah yang dinamakan retooling mental. Ini adalah pokok dari segala pokok, jika Saudara-saudara tidak mempunyai isi batin, isi keyakinan yang demikian itu, meskipun Saudara-saudara mengadakan kongres berhari-hari, berpuluh-puluh hari, malahan Saudara-saudara akan kocar-kacir, jikalau Saudara tidak mempunyai keyakinan, pegangan batin yang satu itu, sebagai yang tadi dikatakan oleh Saudara Roeslan Abdulgani.
Gedung ini telah mengadakan dua kali sidang besar yang historis, bersejarah. Apa sebab Konferensi Asia Afrika dalam sidang-sidangnya yang hanya beberapa hari saja bisa menelurkan dasasila, sepuluh dasar bagi perjuangan bangsa-bangsa Asia-Afrika? Oleh karena mereka punya keyakinan, mempunyai pegangan tidak terpecah-pecah, meski punya pikiran ke utara dan ke selatan, ke barat dan ke timur. Tetapi sebaliknya, kata Saudara Roeslan Abdulgani, Konstituante yang bersidang disini bertahun-tahun dengan tidak membawa hasil, oleh karena tidak mempunyai pegangan. Dan saya amat gembira sekali dengan perkataan Saudara Roeslan Abdulgani tadi bahwa Saudara-saudara masuk di dalam gedung Kongres Pemuda ini, Saudara gulung Saudara punya panji-panji pemuda, organisasi-organisasi pemuda sendiri-sendiri, masukkan ke dalam kotak dan diganti dengan satu bendera, bendera Sang Merah Putuh. Saya minta Saudara-saudara demikian seterusnya di dalam deleberasi, di dalam permusyawaratan-permusyawaratan dalam sidang yang akan datang.
Saudara-saudara, kecuali retooling mental daripada pemuda-pemuda dan termasuk juga pemudi-pemudi dan terus terang saja, saya tadi pada waktu di gedung Gubernuran, saya sudah mengutarakan kekhawatiran saya, bahwa Kongres Pemuda ini terlalu bertitik beratkan kepada pemuda-pemuda, kurang pemudinya. Saya disini melihat seorang pemudi, Ibu Ainun Mardiyah dari Aceh, saya melihat disitu ada pemudi, ada pemudi, ada pemudi, ada pemudi. Kurang pemudinya ! Coba lihat meja ini, Cuma satu wanitanya.
Saudara-saudara, apa tadi saya katakan ? Saudara ganti panji-panji itu dengan satu panji yaitu kita punya bendera Sang Merah Putih. Kecuali kita mengadakan retooling mental itu, kita harus mengadakan retooling organik. Bagaimana keadaan yang lalu yang dahulu, yang berlainan sama sekali dengan tahun 1945, tatkala pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi di dalam Kongres 1945 di Yogyakarta kompak, bersatu, tidak terpecah-pecah, hanya dengan satu pegangan: mempertahankan Proklamasi, mempertahankan ucapan kita, bahwa kita telah merdeka dan tidak mau dijajah lagi oleh bangsa siapapun. Kemudian daripada itu sebenarnya, terus terang saja tahun 1946, pemuda-pemuda telah terpecah-pecah. 1946 terpecah-belah, diadakan kongres, tidak bisa bersatu lagi; 1948 diadakan kongres, dengan susah payah diadakan kongres, tidak tercapai persatuan itu.
Pendek Saudara-saudara, sejak 1945, kemudian daripada itu, sebenarnya dunia pemuda Indonesia ini telah terpecah belah, akibat daripada Manifesto November 1945, akibat daripada diadakannya partai-partai politik dan pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi dijadikan satu alat daripada partai-partai politik itu. Pemuda dan pemudi dimasukkan di dalam kotak-kotak: kotaknya partai ini, pemuda dan pemudinya ini; kotaknya partainya itu, pemuda dan pemudinya itu; kotaknya partai itu, pemuda-pemudinya itu dan demikian seterusnya. Terus terang, Saudara-saudara masuk kotak-kotak pada waktu itu. Saudara-saudara tidak bersatu padu dengan yang lain, Saudara-saudara masing-masing menebah dada: “Aku pemudanya partai itu.” Di lain pihak di
Hal yang demikian itu harus kita atasi. Saya berkata: Partai hendak mengambil pemuda ? Partai hendak merebut pemuda ? Silahkan ! Boleh ! Tetapi, partai boleh berkata: Sebagai dijadikan adagium, sering kali dijadikan adagium, : “Siapa yang memegang pemuda ialah yang memegang hari kemudian.” “Wie de jeugd heeft de toekomst.” Tiap-tiap partai mau merebut pemuda oleh karena berkeyakinan bahwa siapa yang mempunyai, memegang pemuda, ialah yang memegang hari kemudian. Boleh kataku, tetapi saya berkata juga, tetapi, pemuda harus menjawab, bukan saja “Siapa yang memegang pemuda memiliki hari kemudian”, jawablah “Siapa yang memiliki hari kemudian, engkaulah yang akan mendapat pemuda ini.” “Wie de toekomst heeft, heeft de jeugd.” Siapa yang menuju kepada hari kemudian yang gilang-gemilang, siapa yang di dalam konsepsinya, siapa yang di dalam politiknya, siapa yang di dalam perjuangannya menuju kepada hari kemudian yang gilang-gemilang, disitulah tempatnya pemuda.
Dan apa hari kemudian yang gilang-gemilang itu ? Hari kemudian yang gilang-gemilang, tak lain tak bukan ialah sebagai yang saya katakan di dalam Manifesto Politik 17 Agustus 1959, tiga kerangka:
Satu: Negara Republik Indonesia Kesatuan berwilayah kekuasaan dari Sabang sampai Marauke.
Dua: Masyarakat yang adil dan makmur di dalamnya, masyarakat sosialis ala
Ketiga: Negara Republik
Ini adalah toekomst, ini adalah hari kemudian yang gilang-gemilang. Partai yang tidak menuju kepada tiga kerangka ini: Negara Republik Indonesia Kesatuan berwilayah dari Sabang sampai Marauke dengan di dalamnya masyarakat yang adil dan makmur, sosialisme ala Indonesia, dengan menempatkan negara Republik Indonesia dan masyarakat itu di dalam kerangka persahabatan seluruh manusia di dunia, tidak mungkin partai demikian itu, atau tidak harus mungkin partai yang demikian itu, bisa mendapat hatinya pemuda.
Tetapi di kalangan pemuda sendiri, dalam tahun 1946, 1947, 1948, 1949, 1950 dan seterusnya ada banyak yang menjadi alat daripada partai yang tidak menuju kepada tiga kerangka ini. Ini yang harus di retool. Ini adalah soal retooling mental. Saya minta kepada Saudara-saudara sekalian, pemuda-pemuda, agar supaya Saudara-saudara kecuali mengadakan retooling mental. Di dalam kongres ini membicarakan hal retooling organik itu agar supaya dunia pemuda tidak terpecah-belah lagi seperti yang sudah-sudah lagi.
Saya tidak akan sebut-sebutkan jalannya kepada Saudara-saudara. Sebab saya mempunyai pembantu-pembantu dan saya sudah minta kepada pembantu-pembantu saya itu untuk nanti memberikan penerangan-penerangan kepada Saudara-saudara. Pembantu-pembantu saya ialah: Pak Jenderal Nasution yang nanti akan berpidato, memberikan petunjuk-petunjuk kepada Saudara-saudara, Saudara Roeslan Abdulgani pembantu saya pula, malahan istimewa di dalam bidang keorganisasian, pembantu saya yang nomor dua; Bapak Profesor Mr. Muh. Yamin yang duduk di sana pun menjadi pembantu saya; Saudara Chairul Saleh yang duduk di sana itu pembantu saya; Saudara Profesor Dr. Priyono yang sekarang masih ada di Bali oleh karena menceritai Raja dan Ratu Muang Thai, juga saya jadikan pembantu saya untuk memberikan penjelasan-penjelasan di dalam kongres ini; Saudara Wahib Wahab yang duduk di sana pun pembantu saya. Sehingga saya, cukuplah hanya mengemukakan kehendak, keinginan, harapan agar supaya Saudara-saudara kecuali mengadakan retooling mental, juga mengadakan retooling organik. Dengarkan benar-benar nanti, penjelasan-penjelasan dari Pak Roeslan Abdulgani mengenai keorganisasian, penjelasan-penjelasan di bidang lain-lain oleh Pak Jenderal Nasution, oleh Pak Yamin, Pak Chairul Saleh, Pak Wahib Wahab, Pak Priyono.
Kita pemuda-pemuda harus menjadi satu badan fungsional. Nah, ini perkataan, sampai sekarang sebetulnya pemuda-pemuda belum menjadi satu golongan fungsional. Saya menghendaki agar supaya dunia ini menjadi satu golongan fungsional, bahkan satu golongan fungsional yang terpenting. Sampai sekarang pemuda-pemuda sekedar isi kotak, sekedar menjadi alat. Sampai sekarang saya belum bisa berkata: Dunia pemuda daripada Sabang sampai Marauke adalah satu golongan fungsional. Dan saya menghendaki agar supaya kongres ini bisa menelorkan hal yang demikian itu. Supaya pemuda tidak lagi menjadi pemuda kotak, supaya pemuda tidak lagi menjadi alat tetapi menjadilah pada seluruhnya satu golongan fungsional.
Dan saya tidak berkata: golongan fungsional yang terpenting, lebih penting daripada golongan fungsional yang lain-lain. Maaf, saya katakan misalnya: lebih penting daripada golongan fungsional tani, oleh karena golongan fungsional yang lain-lain itu dalam menyelenggarakan sumbangannya untuk menyelesaikan revolusinya tentu membawa pula harapan-harapan, tuntutan-tuntutan, eisen-eisen untuk golongannya sendiri-sendiri, dan itu adalah tuntutan-tuntutan, yang wajar, saya katakan. Tetapi bagi pemuda-pemudi, tuntutan-tuntutan itu praktis tidak ada. Bagi pemuda-pemudi, Saudara menyumbang saja, Saudara hanya bisa menyumbang saja. Menyumbang-menyumbang, mengabdikan. Oleh karena itu maka saya berkata: golongan fungsional pemuda jikalau itu bisa dilakukan, dan saya doakan agar supaya bisa diadakan, golongan fungsional pemuda ini, sebenarnya lebih penting daripada golongan fungsional lain-lainnya. Cuma pada saat sekarang ini, golongan fungsional pemuda itu, sebagai fungsional, belum ada dan harus diadakan oleh kongres sekarang ini.
Saudara-saudara, dalam kita menghadapi persoalan-persoalan ini, saya, sebagai saya harapkan, dan sudah Saudara ketahui, saya mengharapkan daripada pemuda-pemuda itu sumbangan, sumbangan-sumbangan. Tadi Pak Roeslan mengucapkan dua perkataa: bahwa di kalangan Saudara-saudara ini adalah “de sjouwers der stenen”, pembawa batu-batu.
Saya sendiri, saya tadi berkata, mempunyai keyakinan. Apalagi jikalau saya ingat kepada
Kemudian, sebagai Saudara-saudara tahu, gedung ini ditempati oleh wakil-wakil daripada 1600 juta rakyat untuk Konferensi Asia-Afrika, sehingga sebenarnya gedung ini sudah harus menghikmati kepada Saudara-saudara. Ini hari pula, saya berdiri disini di hadapan pemuda-pemudi Indonesia, disaksikan oleh seluruh dunia, yang wakil-wakilnya duduk disana, dunia Barat maupun dunia Timur, baik dunia yang masuk di dalam blok Amerika, maupun dunia yang masuk di dalam blok Sovyet. Sekarang ini Saudara-saudara bersidang dengan diawasi oleh seluruh dunia. Maka karenanya, saya minta benar-benar, Saudara-saudara harus benar-benar membuat kongres ini satu kongres yang berhasil. Jangan seperti sebagai yang tadi dikatakan oleh Saudara Roeslan Abdulgani, kongres ini menjadi satu kongres yang tidak berhasil sebagai yang telah kita alami dengan Konstituante. Pemuda dan pemudi sekarang menunjukkan bahwa pemuda dan pemudi bisa mengadakan satu kongres yang membawa seluruh pemuda dan pemudi
Saudara-saudara tahu penyelenggaraan Manifesto Politik. Untuk itu akan diadakan Front Nasional. Bukan Front Nasional Pembebasan Irian Barat. Tidak ! Front Nasional dan di dalam Manifesto Politik itu saya katakan bahwa Front Nasional inilah yang nanti akan meng-ho-lo-pis-kuntuk-baris-kan seluruh rakyat
Dus, saya ulangi lagi: diadakan Front Nasional peng-ho-lo-pis-kuntul-baris-kann seluruh rakyat
Jikalau bisa dicapai hal yang demikian itu, Front Pemuda-nya ini di dalam kongres ini, dan hasil daripada kongres ini dibawa kepada saya, maka nanti, Front Pemuda yang dibentuk di dalam kongres ini, yang hanya dengan pegangan seperti yang tadi saya katakan itu nanti dimasukkan di dalam Front Nasional yang pada saat sekarang itu. Malahan saya mengharap agar supaya nanti jikalau saya sudah mengangkat anggota-anggota resmi daripada Panitia Persiapan Front Nasional ini, di antara deretan nama anggota-anggota daripada Panitia Persiapan Front Nasional ini, tercantumlah dengan gilang-gemilang, namanya seorang pemuda dan seorang pemudi.
Saya kira sudah cukup terang saya punya amanat kepada Saudara-saudara sekalian, dan sekarang atas permintaan Saudara Ketua Panitia, saya nyatakan dengan resmi, Kongres Pemuda Seluruh Indonesia dibuka.
Pidato pada pemukaan Kongres Pemuda Seluruh
di Bandung, 15 Februari 1960.