Kharisma dan mitos seputar Bung Karno seakan tak pernah pudar. Sosok presiden RI pertama ini tetap menarik untuk diulas, sejak masa muda, perjuangan, hingga akhir hayatnya. Dan, yang paling banyak diperdebatkan adalah keterkaitan dengan peristiwa G30S.
Telah banyak buku yang membahas serta mencoba mengungkap peran beberapa pihak dalam kejadian yang mengakibatkan terbunuhnya tujuh perwira TNI AD itu. Sampai sekarang masih menjadi tanda tanya besar: siapa dalang utama di balik peristiwa berdarah itu?
Beberapa penulis dalam dan luar negeri secara panjang lebar telah banyak mengulas siapa dalang G30S. Misalnya, buku Di Balik Tragedi 1965 karya Sulastomo dari penerbit Yayasan Pustaka Ummat (Januari 2006). Buku ini mengungkap hasil-hasil analisis untuk menjawab beberapa pertanyaan apakah G30S/PKI bukan persoalan intern AD, kudeta Soeharto terhadap Soekarno, atau rekayasa Soekarno untuk menyingkirkan pimpinan teras AD.
Buku paling baru, Bung Karno Menggugat! Dari Marhaen, CIA, Pembantaian Massal '65 hingga G 30 S karya Baskara T Wardaya belum lama ini diluncurkan di Jakarta dan langsung meramaikan khazanah perbendaharaan buku-buku tentang Bung Karno.
Terbagi dalam empat bagian, dua bagian pertama menyangkut pemikiran Bung Karno semasa muda dan realisasi gagasannya setelah paruh baya. Dua bagian lain mengenai G30S dan keterlibatan AS dalam tragedi berdarah itu. Melalui pembahasan yang cukup mendalam, buku ini mencoba melihat peristiwa 1965 itu dengan perspektif yang lebih luas.
Jadi, tak sekedar 'berteori' tentang apa peran bung Karno dalam G30S, penulis lebih jauh mengurai hal-hal yang selama ini mungkin kurang diperhatikan namun sebenarnya punya implikasi penting. Bab ketiga, misalnya, mengurai kaitan Bung Karno dengan tragedi tersebut, Baskara tidak mau terjebak pada pertanyaan siapa saja dalang operasi militer G30S atau teori konspirasi yang melingkupinya. Dia justru mempertanyakan seputar pembantaian massal orang-orang yang disangka anggota PKI.
Menurut Baskara, peristiwa itu hingga kini masih menyisakan trauma tak berkesudahan. Dan lewat ulasannya pada buku tersebut, Baskara mengajak pembaca untuk sekaligus membangun kesadaran advokasi tentang siapa yang bertanggung jawab atas pembantaian usai G30S tadi.
Penulis juga mencurigai adanya keterlibatan asing dalam peristiwa itu. Di sini, buku terbitan Galang Press tersebut memiliki kelebihan dibanding buku-buku serupa, yakni dicantumkannya arsip-arsip yang terdapat dalam berbagai kepustakaan Amerika Serikat, termasuk arsip Kepustakaan Presiden Lyndon B Johnson serta Kepustakaan Kongres di Washington. Terdapat pula dokumen rahasia dari Dubes AS Marshall Green tanggal 1 Oktober 1965 dan Memorandum CIA tanggal 6 Oktober 1965.
Menurut sejarawan dan peneliti LIPI, Dr Asvi Warman Adam, adanya dokumen-dokumen itu kian mengungkapkan keterlibatan AS dalam berbagai peristiwa di
''Unsur itu memang dibedakan, namun menurut saya, semuanya tak lain dari pemerintah AS. Anggota CIA juga ditempatkan dan menjadi bagian dari perwakilan diplomatik AS di Indonesia,'' kata Asvi. Dia melihat, buku tersebut diterbitkan pada saat yang tepat, terutama setelah adanya tiga buku yang menyangkut keterlibatan Bung Karno. Buku-buku tersebut, antara lain Kudeta 1 Oktober 1965 (Victor M Vic), Soekarno File, Kronologi Suatu Keruntuhan (Anthoine Dake), serta Peristiwa Fatal di Sekitar Kejatuhan Bung Karno (Lambert Giebels).
Asvi menyebut ketiga buku itu sebagai desoekarnoisasi yang seiring dengan desoehartoisasi. Dan, bantahan terhadap temuan atau pun pokok bahasan dari tiga buku tersebut sudah dia uraikan dalam berbagai kesempatan. Menurut Baskara, buku Bung Karno Menggugat! tidak dimaksudkan untuk membantah buku-buku bertopik serupa yang telah diterbitkan sebelumnya. Buku tersebut lebih dimaksudkan untuk memperdalam wacana yang sudah ada mengenai pahlawan revolusi itu khususnya dan Republik
Putri Bung Karno, Sukmawati Soekarno Putri, mengaku tidak keberatan atas diterbitkannya buku mengenai Bung Karno sepanjang isinya mengungkapkan kebenaran dan keadilan. Tetapi, dia masih mendapatkan ada sementara penulis yang agak dangkal dalam menganalisa peran Bung Karno dalam G30S, sehingga terkesan mengaburkan sejarah.
''Bahkan ada yang terang-terangan menuding BK adalah dalang peristiwa itu. Tapi, saya berani katakan bahwa BK-lah yang justru menjadi korban,'' ujarnya. Salah satu buku yang menyimpulkan Bung Karno sebagai otak G30S adalah karya Antonie C Dake bertajuk Soekarno File. Buku setebal 549 halaman itu diluncurkan pada
Buku Dake menjadi banyak dicari anggota masyarakat, karena dengan gamblang menyatakan Bung Karno adalah dalang G30S. Karena itu, di sejumlah daerah buku Dake memicu kemarahan