Berjuanglah engkau wahai mahasiswa
Karena engkaulah mesin penggerak bangsa
Berbanggalah engkau wahai mahasiswa
Karena engkaulah Indonesia merdeka
by TS
-------------------------------------------------------------------------------------------
Mahasiswa? apakah itu mahasiswa dan apa hubungannya dengan Indonesia?
secara etimologis mahasiswa bisa dijabarkan sebagai berikut :
maha : besar / tinggi
siswa : pelajar / orang yg mempelajari sesuatu
Jadi mahasiswa adalah pelajar yg derajatnya lebih tinggi dari pelajar lain. Predikat ini diberikan karena para mahasiswa menimba ilmu di sekolah/perguruan 'tinggi'. di Indonesia, Mahasiswa banyak memegang peran yang penting di dalam merebut kemerdekaan. Tidak hanya itu, mahasiswa bahkan dapat menggulingkan kekuasaan orang tertinggi di Indonesia yaitu mantan presiden Soekarno dan Alm. Mantan Presiden Soeharto. Mari kita simak baik-baik sejarah Mahasiswa di Indonesia. (Siapkan camilan sebelum membaca)
-------------------------------------------------------------------------------------------
MAHASISWA DAN INDONESIA
20 Mei 1908, Peran Mahasiswa di Indonesia jika dilihat dari segi sejarah dimulai pada jaman "Boedi Oetomo". Boedi Oetomo merupakan wadah pergerakan kebangsaan yang didirikan oleh para mahasiswa STOVIA Jakarta, yang kemudian menentukan perjuangan nasional selanjutnya. Boedi Oetomo juga mempelopori munculnya organisasi-organisasi lain di Indonesia.
Tahun 1908, Mahasiswa Indonesia di Negeri Belanda mendirikan Indische Verenigde (VI) yang berubah menjadi Perkoempoelan Indonesia (PI), kemudian pada tahun 1922 berubah lagi menjadi Perhimpoenan Indonesia (PI). Sejak itu hingga saat ini, para pemuda mahasiswa yang belajar di luar negeri telah membuka lembaran baru bangsa Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia melalui forum luar negeri.
Perhimpoenan Indonesia (PI-1922), Pemoeda Indonesia (1927) dan Perhimpoenan Peladjar - Peladjar Indonesia (PPPI-1926) merupakan organisasi pemuda dan mahasiswa yang memiliki andil besar dalam merintis dan menyelenggarakan Kongres Pemoeda Indonesia tahun 1928, kemudian tercetuslah "Sumpah Pemuda".
Informasi Sumpah Pemuda di Surat Kabar
Tahun 1943 - 1945, Tekanan pemerintah Jepang mengakibatkan aktivitas mahasiswa menjadi terbatas, bahkan menjadikan mereka berjuang di bawah tanah. Sekalipun demikian para mahasiswa mampu mengorganisir dirinya dengan mengadakan sidang pertemuan pada 3 Juni 1945 di Menteng 31 Jakarta, dengan menghasilkan keputusan bahwa pemuda mahasiswa bertekad dan berkeinginan kuat untuk merdeka dengan kesanggupan dan kekuatan sendiri. Keputusan tersebut kemudian dikenal dengan Ikrar Pemuda 3 Juni 1945
Menjelang Jepang terpuruk kalah tanpa syarat dalam Perang Dunia II, untuk memperkuat posisinya di Indonesia, mereka melatih rakyat dengan latihan kemiliteran. Tidak ketinggalan pemuda, pelajar dan mahasiswa. Pasukan pelajar dan mahasiswa yang dibentuk oleh Jepang disebut dengan "GAKUKOTAI"
23 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR). Di lingkungan Pemuda dan mahasiswa dibentuk Badan Keamanan Rakyat Pelajar (BKR-P). Setelah mengikuti kebijakan pemerintah tanggal 5 Oktober 1945, maka dirubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat, sedangkan di lingkungan pelajar dan mahasiswa dirubah menjadi TKR-P.
24 Januari 1946, TKR dirubah lagi menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Untuk mengikuti kebijakan pemerintah ini, pada kesekian kalinya, laskar dan barisan pemuda pelajar dan mahasiswa merubah namanya. Nama - nama tersebut menjadi bermacam - macam, antara lain :
- TRIP - Tentara Republik Indonesia Pelajar
- TP - Tentara Pelajar
- TGP - Tentara Genie Pelajar (Korps Zeni Pelajar)
- MOBPEL - Mobilisasi Pelajar
- CM - Corps Mahasiswa
3 Juni 1946, Bung Karno telah mengambil keputusan baru untuk merubah TRI menjadi TNI (Tentara Nasional Indonesia). Maka laskar laskar dan barisan pejuang melebur menjadi satu dalam TNI. Sementara itu laskar pelajar dan mahasiswa disatukan dalam wadah yang kemudian dikenal sebagai "Brigade 17/TNI-Tentara Pelajar".
Masa Demokrasi Liberal (1950-1959), seiring dengan penerapan sistem kepartaian yang majemuk saat itu, organisasi mahasiswa ekstra kampus kebanyakan merupakan organisasi dibawah partai-partai politik. Misalnya :
1. PMKRI Perhimpunan Mahasiswa Katholik Republik Indonesia dengan Partai Katholik
2. Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dekat dengan PNI
3. Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) dekat dengan PKI
4. Gerakan Mahasiswa Sosialis Indonesia (Gemsos) dengan PSI
5. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) berafiliasi dengan Partai NU
6. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan Masyumi, dan lain-lain.
Di antara organisasi mahasiswa pada masa itu, CGMI lebih menonjol setelah PKI tampil sebagai salah satu partai kuat hasil Pemilu 1955.
logo GEMSOS (sekarang)
logo GMNI (sekarang)
Logo HMI (sekarang)
logo masyumi (sekarang)
logo PMII (sekarang)
25 Oktober 1966, Mahasiswa membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang merupakan hasil kesepakatan sejumlah organisasi yang berhasil dipertemukan oleh Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pendidikan (PTIP) Mayjen dr. Syarief Thayeb, yakni PMKRI, HMI,PMII,Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Sekretariat Bersama Organisasi-organisasi Lokal (SOMAL), Mahasiswa Pancasila (Mapancas), dan Ikatan Pers Mahasiswa (IPMI). Tujuan pendiriannya, terutama agar para aktivis mahasiswa dalam melancarkan perlawanan terhadap PKI menjadi lebih terkoordinasi dan memiliki kepemimpinan.
Munculnya KAMI diikuti berbagai aksi lainnya, seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), dan lain-lain.
Tahun 1965 dan 1966, pemuda dan mahasiswa Indonesia banyak terlibat dalam perjuangan yang ikut mendirikan Orde Baru. Gerakan ini dikenal dengan istilah Angkatan '66, yang menjadi awal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional, sementara sebelumnya gerakan-gerakan mahasiswa masih bersifat kedaerahan. Tokoh-tokoh mahasiswa saat itu adalah mereka yang kemudian berada pada lingkar kekuasaan Orde Baru, di antaranya :
1. Cosmas Batubara (Eks Ketua Presidium KAMI Pusat)
2. Sofyan Wanandi dan Yusuf Wanandi dari PMKRI
3. Akbar Tanjung dari HMI dll.
Setelah Orde Lama berakhir, aktivis Angkatan '66 pun mendapat hadiah yaitu dengan banyak yang duduk di kursi DPR/MPR serta diangkat dalam kabibet pemerintahan Orde Baru. Di masa ini ada salah satu tokoh yang sangat idealis,yang sampai sekarang menjadi panutan bagi mahasiswa-mahasiswa yang idealis setelah masanya,dia adalah seorang aktivis yang tidak peduli mau dimusuhi atau didekati yang penting pandangan idealisnya tercurahkan untuk bangsa ini, dia adalah soe hok gie
soe hok gie
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Setelah berdirinya Orde Baru, mulai banyak terjadi ketimpangan-ketimpangan di tubuh pemerintahan. Korupsi, Kolusi serta Nepotisme mulai tercium bau busuknya. Pinjaman-pinjaman luar negeri makin banyak dan Mahasiswa pun mulai gerah...
Pada awalnya mahasiswa telah melancarkan berbagai kritik dan koreksi terhadap praktek kekuasaan rezim Orde Baru, seperti:
1. Golput yang menentang pelaksanaan pemilu pertama di masa Orde Baru pada 1972 karena Golkar dinilai curang.
2. Gerakan menentang pembangunan Taman Mini Indonesia Indah pada 1972 yang menggusur banyak rakyat kecil yang tinggal di lokasi tersebut.
Diawali dengan reaksi terhadap kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), aksi protes lainnya yang paling mengemuka disuarakan mahasiswa adalah tuntutan pemberantasan korupsi. Lahirlah, selanjutnya apa yang disebut gerakan "Mahasiswa Menggugat" yang dimotori Arif Budiman yang progaram utamanya adalah aksi pengecaman terhadap kenaikan BBM, dan korupsi.
Gerakan bersifat nasional namun tertutup dalam kampus, Oktober 1977. Gerakan mahasiswa tahun 1977/1978 ini terjadi secara nasional meliputi kampus-kampus di kota Surabaya, Medan, Bogor, Ujungpandang (sekarang Makassar), dan Palembang. 28 Oktober 1977, delapan ribu anak muda menyemut di depan kampus ITB. Mereka berikrar satu suara, "Turunkan Suharto!". Besoknya, semua yang berteriak, raib ditelan terali besi. Kampus segera berstatus darurat perang. Namun, sekejap kembali tentram.
Peringatan Hari Pahlawan 10 November 1977, berkumpulnya mahasiswa kembali. 10 November 1977, di Surabaya dipenuhi tiga ribu jiwa muda. Setelah peristiwa di ITB pada Oktober 1977, giliran Kampus ITS Baliwerti beraksi. Dengan semangat pahlawan, berbagai pimpinan mahasiswa se-Jawa hadir memperingati hari Pahlawan 1977. Seribu mahasiswa berkumpul, kemudian berjalan kaki dari Baliwerti menuju Tugu Pahlawan. Sejak pertemuan 28 Oktober di Bandung, ITS didaulat menjadi pusat konsentrasi gerakan di front timur. Hari pahlawan dianggap cocok membangkitkan nurani yang hilang. Kemudian disepakati pusat pertemuan nasional pimpinan mahasiswa di Surabaya. Acara hari itu, berwarna sajak puisi serta hentak orasi. Suasana haru-biru, mulai membuat gerah. Beberapa batalyon tempur sudah ditempatkan mengitari kampus-kampus Surabaya. Sepanjang jalan ditutup, mahasiswa tak boleh merapat pada rakyat. Aksi mereka dibungkam dengan cerdik. Konsolidasi berlangsung terus. Tuntutan agar Soeharto turun masih menggema jelas, menggegerkan semua pihak. Banyak korban akhirnya jatuh. Termasuk media-media nasional yang ikut mengabarkan, dibubarkan paksa. Pimpinan Dewan Mahasiswa (DM) ITS rutin berkontribusi pada tiap pernyataan sikap secara nasional. Senat mahasiswa fakultas tak henti mendorong dinamisasi ini. Mereka bergerak satu suara. Termasuk mendukung Ikrar Mahasiswa 1977. Isinya hanya tiga poin namun berarti. "Kembali pada Pancasila dan UUD 45, meminta pertanggungjawaban presiden, dan bersumpah setia bersama rakyat menegakan kebenaran dan keadilan"
Sementara di kota-kota lain, peringatan hari Pahlawan juga semarak. Di Jakarta, 6000 mahasiswa berjalan kaki lima kilometer dari Rawamangun (kampus IKIP) menuju Salemba (kampus UI), membentangkan spanduk,"Padamu Pahlawan Kami Mengadu". Juga dengan pengawalan ketat tentara.
Peringatan Tritura 10 Januari 1978, dihentikannya gerakan oleh penguasa. 10 Januari 1978, peringatan 12 tahun Tritura itu jadi awal sekaligus akhir. Penguasa menganggap mahasiswa sudah di luar toleransi. Dimulailah penyebaran benih-benih teror dan pengekangan. 200 aktivis mahasiswa ditahan tanpa sebab. Bukan hanya dikurung, sebagian mereka diintimidasi lewat interogasi. Banyak yang dipaksa mengaku pemberontak negara. Tentara pun tidak sungkan lagi masuk kampus.
Di ITB kedatangan pria loreng bersenjata. Rumah rektornya secara misterius ditembaki orang tak dikenal.
Di UI, panser juga masuk kampus. Wajah mereka garang, lembaga pendidikan sudah menjadi medan perang. Dua rektor kampus besar itu secara semena-mena dicopot dari jabatannya. Alasannya, terlalu melindungi anak didiknya yang keras kepala.
Di ITS, delapan fungsionaris DM masuk "daftar dicari" Detasemen Polisi Militer. Sepulang aksi dari Jakarta, di depan kos mereka sudah ditunggui sekompi tentara. Rektor ITS waktu itu, Prof Mahmud Zaki, ditekan langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk segera membubarkan aksi dan men-drop out para pelakunya. Sikap rektor seragam, sebisa mungkin ia melindungi anak-anaknya.
Beberapa berhasil tertangkap, sisanya bergerilya dari satu rumah ke rumah lain. Dalam proses tersebut, mahasiswa tetap "bergerak". Selama masih ada wajah yang aman dari daftar, mereka tetap konsolidasi, sembunyi-sembunyi. Pergolakan kampus masih panas, walau Para Rektor berusaha menutupi, intelejen masih bisa membaca jelas.
di awal-awal tahun 80-an muncul kelompok-kelompok studi yang dianggap mungkin tidak tersentuh kekuasaan refresif penguasa. Dalam perkembangannya eksistensi kelompok ini mulai digeser oleh kehadiran wadah-wadah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang tumbuh subur pula sebagai alternatif gerakan mahasiswa. Jalur perjuangan lain ditempuh oleh para aktivis mahasiswa dengan memakai kendaraan lain untuk menghindari sikap represif pemerintah, yaitu dengan meleburkan diri dan aktif di Organisasi kemahasiswaan ekstra kampus seperti HMI (himpunan mahasiswa islam), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia), GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia).
GERAKAN 1998
(pada bagian ini, saya tidak perlu menceritakan terlalu banyak, karena hampir semua bluefamers tahu bagaimana ceritanya. selain itu, terlalu banyak versi yang berbeda-beda)
Gerakan 1998 menuntut reformasi dan dihapuskannya "KKN" (korupsi, kolusi dan nepotisme) pada 1997-1998. Ribuan mahasiswa menduduki gedung DPR/MPR, akhirnya memaksa Presiden Soeharto untuk melepaskan jabatannya. Berbagai tindakan represif yang menewaskan aktivis mahasiswa dilakukan pemerintah untuk meredam gerakan ini di antaranya: Peristiwa Cimanggis, Peristiwa Gejayan, Tragedi Trisakti, Tragedi Semanggi I dan II , Tragedi Lampung. Gerakan ini terus berlanjut hingga pemilu 1999.
pendudukan gedung MPR oleh mahasiswa
salah satu foto peristiwa gejayan
salah satu foto kerusuhan semanggi
salah satu korban pada tragedi semanggi
salah satu foto persitiwa kerusuhan di lampung
foto pengunduran diri Alm. Mantan Presiden Soeharto
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
SOEKARNO SEBAGAI MAHASISWA
Sebagai mahasiswa, Bung Karno serius dalam menempuh studi formalnya. Kuliahnya di ITB dijalani dengan tekun hingga selesai pada waktunya dan menggondol gelar insinyur sesuai bidangnya. Keahlian dan intuisinya sebagai seorang arsitek terus menjiwainya. Terbukti pada saat dia mengarsiteki beberapa bangunan di Indonesia.
Selain studi formal, Bung Karno juga giat membaca buku-buku di luar bidang kuliahnya. Ia membaca literatur sejarah, filsafat, politik, dan lain-lain, yang merupakan hasil karya pemikir besar, seperti Jefferson, Russeau, Marx, Engels, dan Voltaire.
Bung Karno suka bertemu langsung dengan masyarakat, khususnya masyarakat bawah. Dalam kaitan ini, misalnya, ia menjumpai petani, seperti petani Marhaen yang kelak mendasari teorinya tentang Marhaenisme. Ia sadar, apa yang ia pelajari dalam studinya kelak bukan dimaksudkan untuk menumpuk harta bagi diri sendiri, tetapi untuk turut memperbaiki perikehidupan masyarakatnya.
Dia berorganisasi. Di tengah kesibukan intelektual maupun pergaulannya dengan masyarakat bawah, Bung Karno berlatih berorganisasi. Di Bandung ia membentuk kelompok studi untuk bertukar pikiran sekaligus menggalang semangat nasionalisme di antara kaum muda. Kelak pada usia 26 tahun ia mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) sebagai wadah perjuangan politik bersama.
Dia memiliki komitmen mendalam bagi rakyat Indonesia. Tidak dapat diragukan, Bung Karno amat mencintai bangsanya dan rela berkorban sampai kapan pun demi cintanya itu. Cinta dan komitmen inilah yang membuatnya tak gentar dikejar-kejar, tak jera dipenjara, tak merinding dibuang ke tempat asing.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
MAHASISWA SAAT INI
Menurut penulis, saat ini mahasiswa mengalami banyak kemunduran. Mahasiswa kurang mampu untuk membaur dengan masyarakat. mereka banyak disibukkan dengan kegiatan-kegiatan di dalam kampusnya sendiri, belajar, berorganisasi, pratikum dan dll. Selain itu, dari pihak kampus mulai banyak mengekak kebebasan mahasiswa untuk berekspresi. Dihilangkannya himpunan, diawasinya semua aktifitas organisasi di dalam kampus.
Harus diakui bahwa meskipun mahasiswa adalah orang yang idealis tapi sebenarnya masih lugu. Mereka paham dan menguasai mengenai teori dan ideologi tapi jika tidak dipraktikkan di masyarakat akan menjadi mubazir dan tidak berguna. Akhirnya idealisme mereka berubah menjadi individualisme (seperti yang saya lihat saat ini di kampus saya dan beberapa kampus lainnya).
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sebagai penutup, bacalah baik-baik wasiat Bung Karno untuk Mahasiswa di bawah ini :
engkau hai pemuda pemudi yang ada disini sekarang mengerjakan investment
kerjakanlah pekerjaanmu itu sebaik-baiknya
kerjakanlah sebaik-baiknya oleh karena apa yang kau kejar sekarang ini ialah ilmu
dan ilmu itu bukan untukmu sendiri
tetapi ialah untuk anak cucumu
untuk bangsa indonesia
untuk rakyat indonesia
untuk tanah air indonesia
untuk negara republik indonesia
maka saudara-saudara dan anak-anakku sekalian
jikalau kita semuanya berkumpul disini
kenangkanlah akan hal ini
kenangkanlah bahwa sebagai tadi kukatakan
korbanan-korbanan kita telah berat sekali
laksana semua orang-orang bangsa indonesia yang sekarang terkubur di taman-taman pahlawan
semuanya menunggu-nunggu akan kedatanganmu kembali
agar supaya kamu nanti dapat memberi sumbangan kepada tanah air dan bangsa..
[dikutip dari sebuah rekaman berjudul 'Pidato Mhs Indonesia AS 1956' oleh Ir. Soekarno yang dirilis DPC GMNI Kota Semarang]