Serangan Amerika Serikat ke Kuala Batee (1832) adalah ekspedisi balasan terhadap desa Kuala Batee (kini bagian dari Kabupaten Aceh Barat Daya) oleh USS Potomac. Pembalasan tersebut terjadi sebagai jawaban atas pembajakan dan pembantaian anak buah kapal Friendship setahun yang lalu. Potomac dan ABK-nya mengalahkan angkatan penguasa setempat dan memborbardir permukiman. Ekspedisi tersebut berhasil menghentikan serangan atas kapal-kapal Amerika Serikat selama 6 tahun hingga akhirnya ada kapal lain yang dibajak yang menyebabkan diluncurkannya ekspedisi berikutnya di tahun 1838.
pulau Sumatera dikenal sebagai produsen lada hitam berkualitas tinggi, dan sepanjang sejarah sejumlah kapal telah datang ke pulau ini untuk membelinya. Pada tahun 1831, kapal Friendship di bawah Kapten Charles Endicott tiba di Kuala Batee untuk mendapatkan 1 kargo lada hitam. Sejumlah perahu dagang berlayar cepat sepanjang pantai untuk berdagang dengan kapal dagang yang menunggu lepas pantai. Pada tanggal 7 Februari 1831, Endicott dan beberapa awak kapal lain menuju pantai untuk membeli beberapa lada dari penduduk asli saat 3 perahu menyerang kapalnya, membunuh perwira satu Friendship dan 2 ABK lainnya, dan menjarah kargonya.
Endicott dan ABK lainnya berusaha melarikan diri ke pelabuhan lain berkat bantuan tetua setempat bernama Poh Adam yang bersahabat. Di sana, mereka memperoleh bantuan 3 kapten kapal dagang lainnya yang setuju memulihkan kapalnya. Dengan bantuan mereka, Endicott mencoba mendapatkan kapalnya kembali dan akhirnya berlayar kembali ke Salem, Massachusetts. Begitu sampai Salem, kegemparan massa atas pembantaian itu meluas dan untuk menanggapinya, Presiden Andrew Jackson mengirimkan kapal USS Potomac di bawah Komodor John Downes untuk menghukum penduduk Kuala Batee atas kejadian itu.
Potomac tiba di Kuala Batee pada tanggal 5 Februari 1832. Di sana, Downes bertemu Poh Adam yang mengatakan bahwa penguasa setempat sama sekali tidak mau membayar ganti rugi atas serangan ke Friendship. Komodor Downes kemudian memutuskan menyamarkan kapalnya sebagai kapal dagang Denmark agar tak dikenal oleh penduduk sekitar. Penyamaran itu berlangsung mulus dengan beberapa penduduk sekitar yang menaiki Potomac untuk menjual sekargo lada, dan di dalam kapal mereka terkejut sehingga ditahan agar penduduk Kuala Batee tidak sadar ada kapal Amerika Serikat yang mempersiapkan pembalasan. Downes kemudian mengirim sekelompok pengintai ke pelabuhan, namun berhasil diusir oleh penduduk setempat.[3] Di samping 3 kapal di pelabuhan, 5 benteng diketahui mengawal kota dekat pesisir.[4]
Downes memerintahkan 1 detasemen dari 282 marinir dan nakhoda ke perahu kapal, yang beberapa dari perahu itu sudah dilengkapi dengan meriam ringan. Dari perahu itulah, para nakhoda dan marinir Potomac membakar kapal-kapal Aceh di pelabuhan Kuala Batee dan menyerang benteng kota sementara bantuan dari senapan-senapan Potomac sendiri digunakan untuk membalas tembakan dari benteng Kuala Batee. Senapan modern yang digunakan AS jauh lebih baik dibandingkan dengan senapan kunci korek milik lawan yang sudah ketinggalan zaman, namun penduduk berperang dengan sengit dan pertempuran bergeser ke pertarungan tangan di mana salah satu raja yang menguasai benteng terbunuh bersama 150 jawara lainnya. Di pihak AS, hanya 2 yang tewas selama serangan dan 11 nakhoda dan marinir lainnya luka-luka.
Setelah benteng pesisir tersebut jatuh, musuh yang tersisa melarikan diri ke pedalaman yang di situ ada benteng lain, namun alih-alih menggunakan benteng yang tersisa tersebut, AS menyerang kota itu sendiri. Perampokan dan penjarahan skala besar terjadi hampir di seantero kota disertai dengan banyaknya penduduk yang terbunuh. Downes kemudian memerintahkan anak buahnya kembali ke kapal dan mengebom benteng ke-5 dan juga kota itu sendiri hingga pimpinannya yang selamat setuju untuk menyerah, membunuh 300 penduduk lainnya dalam proses ini.
Penguasa yang tersisa meminta ampun dan Downes berkata bahwa jika ada kapal AS lain yang diserang lagi, tindakan yang sama akan dijalankan terhadap pelakunya. Penguasa lain dari wilayah sekitarnya juga mengirim delegasi ke kapal itu dan meminta dengan sangat agar mereka tidak diperlakukan sama seperti Kuala Batee. Downes meninggalkan daerah itu untuk melanjutkan perjalanannya mengitari Bumi, berhenti di Hawaii dan menghibur raja dan ratu di sana di atas kapalnya.
Meskipun muncul kritikan dari publik AS bahwa Downes tak mencoba berunding dengan penguasa Kuala Batee secara damai, publik mereasa puas dengan tanggapan tersebut dan tidak ada tindakan lanjutan dilakukan terhadapnya.
Masalah dengan Kuala Batee tidak selesai dan pada tahun 1838 kapal lain dijarah dan menyerang Muka.
pulau Sumatera dikenal sebagai produsen lada hitam berkualitas tinggi, dan sepanjang sejarah sejumlah kapal telah datang ke pulau ini untuk membelinya. Pada tahun 1831, kapal Friendship di bawah Kapten Charles Endicott tiba di Kuala Batee untuk mendapatkan 1 kargo lada hitam. Sejumlah perahu dagang berlayar cepat sepanjang pantai untuk berdagang dengan kapal dagang yang menunggu lepas pantai. Pada tanggal 7 Februari 1831, Endicott dan beberapa awak kapal lain menuju pantai untuk membeli beberapa lada dari penduduk asli saat 3 perahu menyerang kapalnya, membunuh perwira satu Friendship dan 2 ABK lainnya, dan menjarah kargonya.
Endicott dan ABK lainnya berusaha melarikan diri ke pelabuhan lain berkat bantuan tetua setempat bernama Poh Adam yang bersahabat. Di sana, mereka memperoleh bantuan 3 kapten kapal dagang lainnya yang setuju memulihkan kapalnya. Dengan bantuan mereka, Endicott mencoba mendapatkan kapalnya kembali dan akhirnya berlayar kembali ke Salem, Massachusetts. Begitu sampai Salem, kegemparan massa atas pembantaian itu meluas dan untuk menanggapinya, Presiden Andrew Jackson mengirimkan kapal USS Potomac di bawah Komodor John Downes untuk menghukum penduduk Kuala Batee atas kejadian itu.
Potomac tiba di Kuala Batee pada tanggal 5 Februari 1832. Di sana, Downes bertemu Poh Adam yang mengatakan bahwa penguasa setempat sama sekali tidak mau membayar ganti rugi atas serangan ke Friendship. Komodor Downes kemudian memutuskan menyamarkan kapalnya sebagai kapal dagang Denmark agar tak dikenal oleh penduduk sekitar. Penyamaran itu berlangsung mulus dengan beberapa penduduk sekitar yang menaiki Potomac untuk menjual sekargo lada, dan di dalam kapal mereka terkejut sehingga ditahan agar penduduk Kuala Batee tidak sadar ada kapal Amerika Serikat yang mempersiapkan pembalasan. Downes kemudian mengirim sekelompok pengintai ke pelabuhan, namun berhasil diusir oleh penduduk setempat.[3] Di samping 3 kapal di pelabuhan, 5 benteng diketahui mengawal kota dekat pesisir.[4]
Downes memerintahkan 1 detasemen dari 282 marinir dan nakhoda ke perahu kapal, yang beberapa dari perahu itu sudah dilengkapi dengan meriam ringan. Dari perahu itulah, para nakhoda dan marinir Potomac membakar kapal-kapal Aceh di pelabuhan Kuala Batee dan menyerang benteng kota sementara bantuan dari senapan-senapan Potomac sendiri digunakan untuk membalas tembakan dari benteng Kuala Batee. Senapan modern yang digunakan AS jauh lebih baik dibandingkan dengan senapan kunci korek milik lawan yang sudah ketinggalan zaman, namun penduduk berperang dengan sengit dan pertempuran bergeser ke pertarungan tangan di mana salah satu raja yang menguasai benteng terbunuh bersama 150 jawara lainnya. Di pihak AS, hanya 2 yang tewas selama serangan dan 11 nakhoda dan marinir lainnya luka-luka.
Setelah benteng pesisir tersebut jatuh, musuh yang tersisa melarikan diri ke pedalaman yang di situ ada benteng lain, namun alih-alih menggunakan benteng yang tersisa tersebut, AS menyerang kota itu sendiri. Perampokan dan penjarahan skala besar terjadi hampir di seantero kota disertai dengan banyaknya penduduk yang terbunuh. Downes kemudian memerintahkan anak buahnya kembali ke kapal dan mengebom benteng ke-5 dan juga kota itu sendiri hingga pimpinannya yang selamat setuju untuk menyerah, membunuh 300 penduduk lainnya dalam proses ini.
Penguasa yang tersisa meminta ampun dan Downes berkata bahwa jika ada kapal AS lain yang diserang lagi, tindakan yang sama akan dijalankan terhadap pelakunya. Penguasa lain dari wilayah sekitarnya juga mengirim delegasi ke kapal itu dan meminta dengan sangat agar mereka tidak diperlakukan sama seperti Kuala Batee. Downes meninggalkan daerah itu untuk melanjutkan perjalanannya mengitari Bumi, berhenti di Hawaii dan menghibur raja dan ratu di sana di atas kapalnya.
Meskipun muncul kritikan dari publik AS bahwa Downes tak mencoba berunding dengan penguasa Kuala Batee secara damai, publik mereasa puas dengan tanggapan tersebut dan tidak ada tindakan lanjutan dilakukan terhadapnya.
Masalah dengan Kuala Batee tidak selesai dan pada tahun 1838 kapal lain dijarah dan menyerang Muka.