Bapak merupakan sebutan bagi orang tua laki-laki. Di beberapa kelompok masyarakat Bapak juga disebut dengan Ayah, Abah, Papa, Papi, Pipi, Daddy, Babe, Abi dan lain sebagainya. Namun di masyarakat Indonesia pada umumnya, Panggilan Bapak merupakan panggilan yang sangat populer dan memiliki cita rasa Indonesia banget.
Aku tidak peduli jika kau keturunan Timur Tengah, namun disaat kau menjadi pendampingku maka panggillah aku dengan sebutan Bapak, bukan Abah atau Abi. Karena hanya itu sebutan yang pantas bagiku. Bukan karena aku ingin disanjung atau dihormati, namun lebih kepada kemampuanku untuk menyandang panggilan sayang dari mulutmu yang mungil itu.
Kenapa dengan sebutan Bapak??? ya, karena kita akan memanggil orang yang kita hormati dengan sebutan bapak, seperti Bapak Presiden, Bapak Gubernur, Bapak Walikota, Pak Polisi, Pak Dokter, Pak Dosen, Pak Lurah, Pak RT maupun Bapak penjaga warung atau kios rokok. Lagian tidak mungkin juga kan kita memanggil Presiden dengan sebutan Abah Presiden??? bunyinya menjadi lucu, bagiku. Jadi panggil saja aku dengan sebutan Bapak atau Pak.
Disisi lain aku juga menginginkan sedikit pengurangan beban atas sebuah sebutan yang kumaksud tadi. Tentunya kalo aku dipanggil papa, maka sudah sewajibnyalah aku menyediakan untukmu dan anak-anak kita fasilitas kehidupan yang mewah paling tidak bercukupan, rumah gedongan, bunga deposito berjuta-juta dan tidak lupa paket liburan ke tempat wisata bergengsi, satu lagi tentunya dengan panggilan Papa aku juga harus memilih tempat makan yang higienis buat keluarga kita. Mudah-mudahan kerja kerasku selama ini cukup untuk menghidupi keluarga ini dengan rezeki yang halal.
Lalu bagaimana dengan sebutan Ayah?? Aku merasa panggilan ini menyeret memoriku akan kenangan belajar Bahasa Indonesia di bangku SD, sekalian saja kita beri nama anak laki-laki kita dengan nama Budi dan yang perempuan bernama Ani, cukup dua saja untuk kita mengikuti program Keluarga Berencana ala Pemerintah. Dan kamu tentu aku panggil dengan sebutan Ibu, tapi sekali-kali aku akan memanggilmu dengan panggilan cinta, beiby, honey, my darling atau my juliet disaat kita sedang berduaan atau nafsu sedang menggilanya untuk menunaikan kewajiban kita sebagai suami istri.
Lalu kamu mau disebut Pipi?? ah aku tak pantas untuk disandingkan dengan Anang yang begitu romantis dalam merangkai kata-kata. Karena aku hanyalah seorang pekerja biasa yang bergaji pas-pasan. Itupun tiap tengah bulan aku harus melinting tembakau cap Mars Brand demi menemani kopi ku yang kental. Namun yang harus kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Galau terhadap bayanganmu adalah teman mimpi indahku dari sela-sela sarung bekas lebaran 10 tahun yang lalu.
Bagaimana dengan Abah atau Abi yang akrab dalam kehidupan keluarga besarku?? Mencintaimu itu adalah suatu kebanggaan bagiku, seperti pungguk merindukan bulan. Senyummu itu adalah obat bagi rasa resah yang begitu kuat. Aku bukan tak mau kalau kau memanggilku dengan sebutan itu, tapi aku memang tidak pantas untuk menyandang gelar itu. Rasanya begitu berat untuk menjadi Imam didalam keluarga kita. Jangankan membawamu ke surga untuk bertemu dengan Siti Khadijah Radiallahuanhu, syukur-syukur bisa melihatmu berjalan menuju ke surga adalah nikmat bagiku sebelum masuk ke "tempat dan suasana" yang berbeda. Aku bukan penguasa yang bisa berziarah ke makam Rasulullah setiap tahunnya. Dan syukur-syukur aku bisa membelikanmu Al-Qur'an dan memberi nafkah pada keluarga kita dengan rezeki yang halal. Dan perlu kau pegang Janjiku dihari kelak bahwa aku akan membela keluarga kecil kita dari dalil-dalil yang bisa membuatmu tersiksa oleh Api Neraka. Cukup aku yang akan bertemu dengan Fira'un, Raja Namrud, Abu Jahal diakhir perhitungan kelak. Aku takkan rela kau ikut bersamaku kali ini.
Demi semua itu, maka Panggil Aku Bapak,...!!! hanya itu permintaanku. Agar bebanku didunia ini sedikit berkurang. Agar aku tak malu bertemu dengan Bapak-bapak yang terhormat di sisi Fira'un. Ah lagian kurang sreg juga kalo seorang Abi masuk Neraka, Apa Kata Dunia????
Aku tidak peduli jika kau keturunan Timur Tengah, namun disaat kau menjadi pendampingku maka panggillah aku dengan sebutan Bapak, bukan Abah atau Abi. Karena hanya itu sebutan yang pantas bagiku. Bukan karena aku ingin disanjung atau dihormati, namun lebih kepada kemampuanku untuk menyandang panggilan sayang dari mulutmu yang mungil itu.
Kenapa dengan sebutan Bapak??? ya, karena kita akan memanggil orang yang kita hormati dengan sebutan bapak, seperti Bapak Presiden, Bapak Gubernur, Bapak Walikota, Pak Polisi, Pak Dokter, Pak Dosen, Pak Lurah, Pak RT maupun Bapak penjaga warung atau kios rokok. Lagian tidak mungkin juga kan kita memanggil Presiden dengan sebutan Abah Presiden??? bunyinya menjadi lucu, bagiku. Jadi panggil saja aku dengan sebutan Bapak atau Pak.
Disisi lain aku juga menginginkan sedikit pengurangan beban atas sebuah sebutan yang kumaksud tadi. Tentunya kalo aku dipanggil papa, maka sudah sewajibnyalah aku menyediakan untukmu dan anak-anak kita fasilitas kehidupan yang mewah paling tidak bercukupan, rumah gedongan, bunga deposito berjuta-juta dan tidak lupa paket liburan ke tempat wisata bergengsi, satu lagi tentunya dengan panggilan Papa aku juga harus memilih tempat makan yang higienis buat keluarga kita. Mudah-mudahan kerja kerasku selama ini cukup untuk menghidupi keluarga ini dengan rezeki yang halal.
Lalu bagaimana dengan sebutan Ayah?? Aku merasa panggilan ini menyeret memoriku akan kenangan belajar Bahasa Indonesia di bangku SD, sekalian saja kita beri nama anak laki-laki kita dengan nama Budi dan yang perempuan bernama Ani, cukup dua saja untuk kita mengikuti program Keluarga Berencana ala Pemerintah. Dan kamu tentu aku panggil dengan sebutan Ibu, tapi sekali-kali aku akan memanggilmu dengan panggilan cinta, beiby, honey, my darling atau my juliet disaat kita sedang berduaan atau nafsu sedang menggilanya untuk menunaikan kewajiban kita sebagai suami istri.
Lalu kamu mau disebut Pipi?? ah aku tak pantas untuk disandingkan dengan Anang yang begitu romantis dalam merangkai kata-kata. Karena aku hanyalah seorang pekerja biasa yang bergaji pas-pasan. Itupun tiap tengah bulan aku harus melinting tembakau cap Mars Brand demi menemani kopi ku yang kental. Namun yang harus kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Galau terhadap bayanganmu adalah teman mimpi indahku dari sela-sela sarung bekas lebaran 10 tahun yang lalu.
Bagaimana dengan Abah atau Abi yang akrab dalam kehidupan keluarga besarku?? Mencintaimu itu adalah suatu kebanggaan bagiku, seperti pungguk merindukan bulan. Senyummu itu adalah obat bagi rasa resah yang begitu kuat. Aku bukan tak mau kalau kau memanggilku dengan sebutan itu, tapi aku memang tidak pantas untuk menyandang gelar itu. Rasanya begitu berat untuk menjadi Imam didalam keluarga kita. Jangankan membawamu ke surga untuk bertemu dengan Siti Khadijah Radiallahuanhu, syukur-syukur bisa melihatmu berjalan menuju ke surga adalah nikmat bagiku sebelum masuk ke "tempat dan suasana" yang berbeda. Aku bukan penguasa yang bisa berziarah ke makam Rasulullah setiap tahunnya. Dan syukur-syukur aku bisa membelikanmu Al-Qur'an dan memberi nafkah pada keluarga kita dengan rezeki yang halal. Dan perlu kau pegang Janjiku dihari kelak bahwa aku akan membela keluarga kecil kita dari dalil-dalil yang bisa membuatmu tersiksa oleh Api Neraka. Cukup aku yang akan bertemu dengan Fira'un, Raja Namrud, Abu Jahal diakhir perhitungan kelak. Aku takkan rela kau ikut bersamaku kali ini.
Demi semua itu, maka Panggil Aku Bapak,...!!! hanya itu permintaanku. Agar bebanku didunia ini sedikit berkurang. Agar aku tak malu bertemu dengan Bapak-bapak yang terhormat di sisi Fira'un. Ah lagian kurang sreg juga kalo seorang Abi masuk Neraka, Apa Kata Dunia????